Quantcast
Channel: hellowind
Viewing all 436 articles
Browse latest View live

After Lunch Music: Menggali Bongkahan Berlian Carpenters Di Luar Tambang "The Best Of"

$
0
0

Perkenalan saya dengan Carpenters, terjadi bahkan sebelum saya bisa memahami musik itu sendiri. Siapa lagi kalau bukan Mama saya yang memberi banyak influence musik, yang puluhan tahun setelahnya bisa saya labeli sebagai 'musik yang berkelas'. Semua ini dimulai dari 25++ tahun yang lalu, beliau memutarkan kaset dari tape untuk anaknya yang rewel tidak mau tidur siang. Hampir tiap siang saya mendengarkan lagu itu. Jadi nggak heran saat saya SD dititipkan di rumah nenek dan mendengarkan lagu "Yesterday Once More" dari radio siang-siang, saya nangis-nangis minta pulang karena kangen Mama huhuhuhu ...

Kaset-kaset Carpenters di rumah ada sekitar 4-5 buah. Tetapi sangat sulit menemukan kaset album mereka, bahkan album "Close To You" (1970) yang membuat nama duo ini melejit. Sebagian besar kaset yang saya temukan di lapak-lapak adalah kaset kompilasi "the best of", sama seperti yang sudah dimiliki oleh Mama saya. Tentu saja memiliki 5 album kompilasi "the best of" sama artinya kemungkinan memiliki song list lagu yang sama satu dengan lainnya, ada pun yang berbeda yah ... beti-beti lah, paling 1-2 lagu saja. Biasanya yang masuk di album "the best of" adalah:

  • Close To You (They Long To Be)
  • Jambalaya
  • Ticket To Ride
  • Yesterday Once More
  • Solitaire
  • We've Only Just Begun
  • Solitaire
  • Superstar
  • Sing
  • Top Of The World
  • When I Fall In Love
... dan kerabatnya yang lain ...


Tentu saja hal ini tidak jadi soal jika kita 'menaikkan' standar pencarian dari kaset ke vinyl, karena sepanjang pencarian saya album Carpenters non kompilasi dalam format vinyl masih banyak dijual. 

Berhubung masih menimbang-nimbang kepemilikan vinyl player, pembelian vinyl-nya sendiri yang kalau kata teman saya, "Kita ini suka hobi mahal, banyak mau, pendapatan terbatas," *wahahaha bgst sobat qismin ini akhirnya berbekal pencarian di Youtube dan Spotify, saya menemukan banyak sekali lagu-lagu Karen dan Richard yang menarik. Lagu-lagu ini tidak masuk dalam listing "The best of" dan tidak over-rated seperti lagu "Close to You" atau "Yesterday Once More", tapi nikmat sekali di telinga.

You (1976 - Album "There's a Kind of Hush")



Seseorang di Soundcloud saya, mengirimkan pesan di sebuah lagu Carpenters yang saya cover. "Coba nyanyikan lagunya The Carpenters-You." Sebelum era Spotify, agak susah menemukan lagu ini karena setiap mengetik "You Carpenters" di Youtube atau pencarian Google, yang keluar adalah "Close to You" atau "A Song For You."

Ternyata, sang pengirim message di Soundcloud yang tidak saya kenal itu, benar. Saya menyukai lagu ini :">



Sometimes (1971 - Album "Carpenters)



Sisi sentimental dan mellow langsung tersentil mendengarkan intro awal permainan piano Richard. Ini adalah lagu yang liriknya ditulis oleh putri Henry Mancini, Felice. Felice menulis puisi ini untuk kedua orang tuanya. Duo Carpenters merasa puisinya sangat honest, mereka menyukainya dan menggubahnya menjadi sebuah lagu.

Mancini dan Carpenters memang nggak pernah gagal menciptakan musik yang bagus.

Love Me For What I Am (1975 - Horizon)



Personally, album Carpenters yang Horizon ini semuanya cocok di telinga saya. Karena hampir 80% lagu di album ini soft dan slow. Tapi saya memilih lagu ini karena sekali lagi, intro yang sentimentil dan lompatan nadanya yang cukup menjadi syarat lagu yang melodinya mengoyak hati.

Now (Unreleased)



Di Record Store Day 2018 bulan lalu, saya sempat ngobrol banyak dengan Om Hari dari @amadeus_vinyl. Salah satunya tentang track unreleased berjudul "Now" ini. Dari yang kubaca-baca, track ini diambil secara one-take recording sebagai lead dan belum sempat direkam lagi.

Entah karena apa, tapi saya merinding mendengar lagu ini, apalagi saat mendalami benar-benar liriknya. Sedih. Lagu ini dinyanyikan April 1982, setelah Karen berpisah dengan suaminya, sebelum ia meninggal setahun kemudian (1983).

"And now all the fears that I had start to fade. I was always afraid love might forget me, love might let me down. Then look who I found. The winds might blow through me but I don't care. There's no harm in thunder if you are there. And now, now, now when I wake, there's someone home. I'll never face the nights alone. You gave me the courage I need to win, to open my heart and to let you in. And I never really knew how, until now."

Menyoal lagu-lagu Carpenters memang tidak pernah akan selesai. Pada akhirnya mendengarkan lagu-lagu Carpenters adalah pilihan klasik yang indah dan meneduhkan. Saya rasa, saya bisa menulis berseri-seri tentang Carpenters, dengan berbagai sudut pandang. So, what's your favourite?

Daftar Harga dan Menu Tempat Buka Bersama Ramadan 2018 di Malang

$
0
0
rekomendasi hotel di malang
Image taken from pexels.com

Sebagai orang yang dititahkan menjalani hari-hari dengan ngider-ngider, tentu saja tiap jelang bulan puasa seperti ini saya ditanya, "Rekomendasi tempat buka bersama dong, Wind?" Kebetulan akhir-akhir ini saya suka malas balas chat, jadi saya putuskan membuat post ini saja supaya lebih efisien dalam menjawab hahahahha ~

Memang sih, tiap kali bulan puasa, kita semua disibukkan dengan 'hajatan' yaitu bikin acara bukber. Berdasarkan pengalaman, pilihan tempat bukber berame-rame yang paling efektif dan efisien itu sebetulnya di hotel. Kenapa? Karena tempatnya pasti mumpuni untuk orang banyak dan nyaman, servicenya dipastikan baik dan tidak perlu umpel-umpelan antri seperti kalau kita di rumah makan. Dan kalau dihitung-hitung juga harganya tidak beda jauh kok, sesuaikan saja dengan budget dan apa yang didapatkan dari harga yang ditawarkan.

Jadi, kalau rekomendasi tempat bukber di Malang, untuk Ramadan 2018, ke mana? Silakan dipilih sendiri yaaa dari daftar ini. (Daftar ini akan terus update selama bulan Ramadan 2018)

Maxone Hotel Malang

Maxone Hotel Malang punya penawaran "Kampung Ramadan" dengan harga Rp65.000/pax. Kalau booking 15 pax, dapat bonus 1 pax. Oke nih kalau mau bukber se-geng. Oh iya, menunya di sini ada 3 macam: Timur Tengah, Indonesia dan Chinese. Saya kemarin nyicipi Harira Soupnya. Enak~


The 101 Hotel OJ Malang

Nah, The 101 Hotel OJ Malang (dulunya Best Western OJ) juga punya promo Ramadan all you can eat. Harga per pax dibandrol Rp97.500 dan kita bisa bebas menikmati makanan yang disediakan plus lihat langsung live cooking-nya. Btw, kalau ke The 101 Hotel OJ wajib harus gak boleh absen cicipin es campurnya. ES CAMPURNYA NAGIH :"))


Ubud Cottages Malang

Mau bukber dengan menu dan suasana ala Bali? Monggo coba ke Ubud Cottages. Promo Ramadan kali ini adalah Kampung Bali. Per pax harganya Rp75.000 dan menunya rolling tiap hari jadi nggak bakal bosan. Kalau di Ubud Cottages ini favorit saya, tentu saja, ayam betutunya.

Ramadhan sebentar lagi nih.. Mau buka puasa dengan suasana berbeda serasa Ramadhan di Kampung Bali?? Wajib dateng ke @ubudcottagesmalang hanya 75K makan sepuasnya..menu beda setiap hari dan dijamin halal..👌 . . Dapatkan Diskon 10% untuk reservasi sebelum tanggal 15 Mei 2018, tanpa minimum order. 🤗 Tunggu apalagi? . . . Info dan reservasi bisa menghubungi 0341-571313 /0341-5071458 Follow us: IG: @ubudcottagesmalang FB : ubud cottages malang Line : ubud cottages malang Twitter : @ubudcottgmalang www.ubudcottagesmalang.com #bukapuasa #promoramadhan #paketbukber #allyoucaneat #promomegibung #promofood #ngalamkipa #hotelunik #hotelandresort #hoteltematik #balinesestyle #exploremalang #tirtaempulswimmingpool #bedugulswimmingpool #ubudcottages #ubudcottagesmalang #ubudhotelmalang #malanghits #malangrasabali #littleubudinmalang #littleubudineastjava #atranquilheavenintheheartofthecity #pesonaindonesia #beautifulmalang #amazingplaces
A post shared by Ubud Cottages Malang (@ubudcottagesmalang) on

The Singhasari Resort

Buat yang mau bukbernya agak jauh dari kota, bisa lah melipir ke The Singhasari Resort. Promo Ramadan 2018 The Singhasari Resort adalah Sesarengan, yang mana per paxnya seharga Rp85.000. Kalau di The Singhasari ini suka banget, karena suasananya homy. Oh iya, kalau nggak pilih menu Sesarengan alias pesan a la carte, saya wajibkan buat nyicip rawonnya. Duh, enak banget rawonnya yang modelnya berkuah kental itu lho *ngiler.

The Shalimar Hotel

Kalau mau bukber dengan suasana klasik yang tenang, bisa pilih The Shalimar Hotel. Iftar Buffet menyediakan lebih dari 60 menu dengan menu andalan kambing guling. Per paxnya dibandrol Rp150.000 dengan penawaran 5 pax gratis 1 pax.
Btw, ini hotel klasik yang jadi favorit saya karena di depannya ada taman yang memutarkan lagu-lagu klasik.

A post shared by The Shalimar Boutique Hotel (@theshalimarhotel.id) on



Samara Resort

Batu lagi ~~ Kalau kebetulan pengen bukber weekend di Batu, Samara Resort punya promo yang murah meriah. Cuma Rp200.000 buat 5 orang, jadi per orang jatuhnya nggak sampai Rp50.000.


Beberapa sudah saya cicipin menunya dan sebagian besar cukup memuaskan kok. Tapi kembali lagi ke selera dan budget tiap orang ya. Oh iya, list ini bakal terus diupdate selama bulan Ramadan 2018 kok, jadi balik-balik ke post ini lagi ya secara berkala ;)

Selamat menunaikan ibadah puasa, Teman-teman! Semoga penuh berkat di bulan suci ini <3 br="">
3>


Urban Line: Urban Lips (403 Duomo) & Urban Fix (320 Radiant Pink) from Beauty Box

$
0
0

Nggak disangkal, brand kosmetik lokal sekarang ini bisa banget diandalkan. Dari sisi inovasi, pengemasan bahkan brandingnya, udah top banget. Bahkan beberapa kali saya kecele menganggapnya brand dari luar negeri. Salah satunya adalah Urban Line ini.

Sebetulnya hype-nya produk ini sudah lama ya. Saya pun sudah lama punya produknya, tapi terlupa terus untuk menulis first impression di sini. Beberapa waktu lalu saat bongkar laci rak make up, saya baru ingat, "Wah, ada lipen dan bedak ini." Maap, bukannya horang kayah, tapi seringkali yang dipakai cuma yang ada di make up pouch buluk :')

Sebelumnya, saya mengira Urban Line adalah lini make up dari Amerika. Entah kenapa ya, mungkin packaging kardus dan pilihan font di kemasannya yang soooo rebel ala-ala 90's Hollywood, jadi pikiran saya langsung merujuk brand ini adalah brand Amerika. Setelah saya telusuri, ternyata Urban Line adalah lini kosmetik dari Beauty Box Indonesia. Jadi ini merk lokal. Dan Beauty Box ini sendiri di Jakarta sudah punya enam store. Nice, nice, kapan buka di Malang? :D


Kemasannya oke, brandingnya keren, tapi namanya kosmetik 'kan kita beli buat dipakai bukan hanya dipajang ya, jadi ... mari langsung ke inti topik pembahasannya.

Urban Lips 403 Duomo


urban lips

Biasanya untuk brand kosmetik baru, produk pertama yang diandalkan adalah liquid lipstick. Tapi Urban Lips justru mengeluarkan classic lipstick sebagai produk pertama mereka. Barulah di seri berikutnya yang menggandeng Cathy Sharon x Urban Lips, mereka mengeluarkan seri liquid.

Di awal kemunculannya yang cukup hype, setahu saya Urban Lips mengeluarkan 10 warna, yaitu Buckingham, Bronx, Victoria, Notting Hill, Brooklyn, Bond, Mayfair, Soho, Manhattan, Broadway. Itu yang saya baca di banyak review beauty blogger yang menerima PR sample-nya. Tapi sepertinya mereka menambah beberapa warna lagi. Yang saya punya ini adalah shade 403 Duomo.

Shade Duomo ini basicnya pink keunguan, ada sedikit sentuhan mauve. Cocok buat warna kulit apapun, menurut saya. Kalau yang kulitnya gelap, warna ini nggak mencolok. Sebaliknya, yang kulitnya cenderung cerah dan pucat, Duomo bisa bikin wajah kelihatan lebih segar, nggak kucel kayak habis kena macet bubaran SNMPTN. Sebaliknya, membuat look kita kelihatan seperti gadis yang high maintenance. SEPERTI lho ya, tolong digaris bawahi, karena kenyataanya ya masih belum beneran high maintenance.

Tekstur lipstik ini creamy, glides smoothly di bibir. Pigmented kok, untuk sekali ulas. Finishingnya satin to matte. Mungkin karena hasil akhirnya satin to matte tadi, kalau diaplikasikan dua-tiga kali ulas, pas ngeset bibir jadi kering. 

Soal ketahanannya, saat awal diaplikasikan pastinya transfer karena dia teksturnya creamy. Tapi setelah ngeset, cukup bertahan 2-3 jam kok ASALKAN nggak makan-minum dengan barbar. Kalau luntur pun, lipstik Urban Lips ini nggak jadinya brindil-brindil, tekstur akhir lipstik yang saya benci :)) Dia bakal hilang begitu saja, nggak meninggalkan stain apapun. 

Tipikal classic lipstick seperti ini favorit saya karena praktis ya, Ibu-ibu. Nggak perlu takut beleberan saat mengaplikasikan. 

Oh iya, untuk harganya, cukup pricey sih menurut saya. Urban Lips ini dibanderol dengan harga Rp180.000 di website Beauty Box. Ada brand-brand lain dengan warna serupa dengan harga yang lebih murah, menurut saya. Tapi kalau penasaran, boleh dicoba :)

Urban Lips
Shade: 403 Duomo
Netto: 3.5 gr
Harga: Rp180.000
Beli di mana: website Beauty Box atau di gerai Beauty Box

Urban Fix 032 Radiant Pink

urban fix

Ketika menimang loose powder ini, pas banget bedak tabur saya habis. Biasanya saya pakai bedak Marck's yang warna pink itu lho. Nah, Urban Fix yang saya punya ini juga warnanya pink, tepatnya shade 032 Radiant Pink.

Dari websitenya, ada 4 seri Urban Fix. Shade warnanya, jangan kaget ya, memang cenderung ke warna-warna putih semua. Termasuk si Radiant Pink ini. Malah yang Brightening Lilac itu benar-benar warna putih dengan hint ungu. Satu-satunya warna aman ya shade Natural. Tapi jangan khawatir, sepanjang pemakaian nggak meninggalkan bekas warna putih di wajah kok. Jatuhnya seperti translucent powder kalau menurut saya. Cuma buat menghilangkan efek-efek berminyak, misalnya sehabis pakai foundation atau BB cream.

Klaim loose powder ini adalah super light mineral powder dan oil shine control. Setuju sama kedua klaim ini, karena memang berasa nggak pakai bedak dan nggak bikin minyakan setidaknya untuk 1-2 jam setelahnya. Bedak ini super halus, kalau dipegang itu nggak berasa ada efek powderynya. Ya maklum, Sis, biasanya pakai bedak belasan ribu. Kalau dibandingkan ini ya jauh hahahhaa ...

Baca Juga: Oriflame Pure Pressed Powder Seri Danar Hadi

Sayangnya, kemasannya ini bukan travel friendly. Ditaruh di dalam boxnya saja, dengan posisi agak jungkir balik, langsung keluar serpihan powdernya sedikit. Bayangkan kalau Urban Fix ini di dalam ransel, pasti kelarnya saya nangis terharu soalnya harus cuci tas belepotan bedak. Jadi lebih baik dia duduk manis saja di rumah. Jangan dibawa di dalam tas, apalagi tas ransel. Dia tergolong bedak pricey, jangan diajak begajulan. Nggak kelasnya hahahaha ... Oh iya, Urban Fix ini dibanderol dengan harga Rp295.000 untuk 12 gram.

Overall, Urban Line ini memang cakep kok. Senang rasanya kalau ada produk lokal yang kelasnya udah internasional seperti ini. Jadi penasaran pengen coba produknya yang lain. Konon, eyeliner pencilnya Urban Line, si Urban Eyes, hitamnya garang. Pengen ~

Urban Fix
Shade: 320 Radiant Pink
Netto: 12 gr
Harga: Rp295.000
Beli di mana: website Beauty Box atau di gerai Beauty Box

Saat THR Datang Lebih Cepat dan Hari Rayamu Masih Lama

$
0
0

Nggak terasa sudah minggu ke-2 Ramadan ya. Saya merasa Ramadan tahun ini berbeda dengan zaman saya masih kecil dulu. Mungkin karena makin dewasa dan makin sibuk, rasanya suasana festive hari raya apapun itu lempeng-lempeng saja. Ya ampun, aku menolak tua hahahhaha

Padahal dulu waktu kecil, meski nggak merayakan Ramadan, suasananya itu terasa banget meriahnya. Jam 15.00 saja sudah banyak pasar dadakan yang menjajakan takjil. Sampai bikin macet jalanan. Tahun ini sebaliknya. Meski tetap banyak pasar Ramadan, tidak seramai dulu.

Meskipun begitu, tetap kok nuansa Ramadan dan Lebaran itu ada. Apalagi setelah terima e-mail pemberitahuan THR. Rasanya langsung pengen kipas-kipas, hembusan kesejukan duniawi gitu Hehehe .. Jadi, di kantor saya, apapun agama yang dianut, THR-nya dicairkan hanya sekali saja saat Lebaran. Mungkin karena di Indonesia, Lebaran itu hari raya yang paling festive yang dirayakan sebagian besar masyarakat Indonesia ya. Jadi meskipun beragama lain, ada kebutuhan-kebutuhan juga yang digelontorkan saat Lebaran. Misalnya, membeli hampers untuk kerabat yang merayakan, bayar bonusan buat ART, dan sebagainya.

Nah, kemudian timbullah masalah, buat kami yang merayakan hari rayanya masih jauh (baca: Natal). Beda enam bulan, THR-nya datang lebih dulu. Sementara itu, promo belanja Ramadhan 2018 benar-benar menggoda iman! Mulai baju, peralatan rumah tangga sampai paket data, banyak banget promo menarik dan potongan harganya. THR berasa kayak sapi yang lama dikandangin, terus kandangnya dibuka langsung loss ...

From


to ...



Saya mau berbagi pengalaman, saat THR datang lebih cepat. Ini cara mengatur dan mengalokasikannya supaya nggak kebobolan di depan dan saat hari rayanya tiba, beli sirup aja harus mengorek-korek tabungan (true story tahun 2016, hahahhaa...)

Buat anggaran


Nggak bisa dipungkiri, meski tidak merayakan, tetap ada kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi seperti yang saya singgung di atas. Paling aman, buat anggaran. Tentunya jumlahnya menyesuaikan dengan kebutuhan tiap orang, tapi setidaknya kita yang tidak merayakan ini pengeluarannya tidak sebanyak teman-teman yang merayakan 'kan?

Tabung sementara di tempat lain


Ini adalah prinsip yang saya pegang dari dulu, bahwasanya punya dua rekening itu artinya "transfer dan lupakan." Setelah menyisihkan sekian persen untuk poin nomor satu, atau justru tidak ada pengeluaran penting di Lebaran ini, segera masukkan THR ke rekening lain dan jangan diutak-atik. Atau kalau kamu berinvestasi di Reksadana, alokasikan saja di sana. Toh nanti pada saatnya tetap bisa dicairkan uangnya.

Alokasikan untuk kebutuhan yang bisa disimpan


Misalnya, kalau saat Natal nanti ada kebutuhan beli kado-kado kecil buat kerabat dan keluarga, boleh kok ngintipin berbagai promo belanja Ramadhan 2018 ini. Biasanya sepengalaman saya promo bulan Ramadan lebih gila-gilaan sih, ketimbang promo Natal. Untuk barang-barang yang jangka kedaluwarsanya lebih panjang dan nggak gampang rusak, misalnya pernak-pernik atau barang fashion, bisa dibeli lebih dulu dan disimpan buat kado akhir tahun. Ceritanya nyicil dulu gitu lho ...

Belajar dari pengalaman masa lalu, tiga cara ini cukup efektif mengakali THR yang cair duluan jauh hari sebelum hari raya keagamaan saya sendiri. Tapi jauh lebih dalam adalah gimana kita semua belajar untuk mengelola keuangan. Belanja itu nggak salah, yang salah adalah saat nggak bisa menempatkan skala prioritas dengan baik.

Selamat menyambut Lebaran buat yang merayakan dan selamat mempersiapkan liburan buat semuanya ;)

Menyepi di Coffee Belt Klub Bunga Batu

$
0
0
coffee belt klub bunga
Image taken by Winda Carmelita
Beberapa minggu ini saya merasa jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Jenuh dengan orang-orang yang saya temui, hal-hal yang saya hadapi. Buah dari kejenuhan itu adalah jadi kurang kreatif, banyak mengeluh dan pada akhirnya merasa resah sama diri sendiri. Sepertinya ini memang fase late 20s, seperti yang saya tulis di sini.

Saya sempat curhat kilat ke teman saya, Rangga, "Aku kok galau yo? Aku takut gak kreatif lagi." Jawaban teman saya memang sungguh sederhana, tapi nggak salah juga. "Prei-an o, Wind." alias saya disuruh liburan. Kemudian saya becanda, "Pengen liat ijo-ijo," alias pengen refreshing yang nggak lihat gedung lagi, gedung lagi.

Kemudian saya disuruh ke mlijo, alias tukang sayur. Ya iya bener sih, banyak ijo-ijoan ... sayur sop tapinya - -"

Baca Juga: Karena Manusia Bukan Benda, Berinvestasilah Pada Jiwa dan Raganya

Hingga tibalah waktunya, saya berkontak-kontakan lagi dengan Egie. Egie ini teman dari zaman saya masih aktif jadi misdinar di gereja, kelas 6 SD. Terhitung sudah belasan tahun lah berteman baik dengan Egie ini, sudah kayak saudara sendiri. Dulu kami sering sekali pergi bareng, tapi semakin besar dan semakin banyak kesibukan, kami jarang lagi jalan-jalan dan ngopi bareng. Kecuali hari ini!

So, hari ini saya dan Egie jalan-jalan ke Jatim Park 1. Sayangnya, karena mungkin ini bulan puasa, jadinya Jatim Park 1 sepi sekali. Banyak wahana permainan yang nggak bisa kami coba karena saking sepinya, cuma kami berdua yang mau naik wahana itu. Dan nggak dibolehin hahahahha ... Yasudah nggak apa-apa. Coba lagi besok-besok, supaya selalu ada alasan buat jalan-jalan hehehe

Baca Juga: Dino Park 3: Serasa Kembali ke Zaman Purbakala

Alhasil, jam 11.00-an kami sudah kelar dari Jatim Park 1, kemudian bingung mau ke mana. Tapi saya ingat, saya pernah lihat teman saya, Annisa, ngepost sebuah coffee shop di Klub Bunga, Batu, yang sepertinya tempatnya cukup homy.

Setelah bertanya dan mencari, akhirnya ... ketemu juga! Namanya Coffee Belt. Lokasinya masuk ke area Klub Bunga. Coffee shop ini berada di area parkirnya. Gampang banget ditemukan kok. Atau kalau kalian zaman tahun 2008-an pernah tergila-gila sama gelato The Cube, yaaaa ... sekarang The Cube-nya udah nggak ada, ganti jadi Coffee Belt.

coffee belt klub bunga

Pertama kali masuk ke sini, saya sempat ragu, buka apa nggak ya, secara 'kan bulan puasa. Eh, ternyata buka lho, mulai dari jam 10.00 pagi sampai 22.00.

Begitu sampai, saya merasakan hawa yang sungguh tenang, teduh dan nyaman di Coffee Belt ini. Tempatnya didominasi kaca, jadi sangat terang. Beruntung tadi waktu saya ke sana, cuaca Batu lagi bersahabat. Nggak terik, cerah dan berangin. Luar biasa, mengakomodir saya yang mudah ngantuk ini hehehe ...

coffee belt klub bunga

Kesan berikutnya adalah Coffee Belt ini seperti cafe-cafe yang saya lihat di film-film Korea. Eh, ternyata pas ngintip kotak kartu namanya di atas meja bar, investornya memang orang Korea. Pantesan, sentuhan nuansanya itu terasa berbeda, pun dekorasinya nggak berlebihan tapi bagus dan bikin gemas. Buktinya adalah ... setiap sudutnya rasanya sayang kalau nggak diabadikan. Foto-foto saya jadi banyak di post ini saking semangatnya :p

coffee belt klub bunga

coffee belt klub bunga

Ada tiga area yang bisa ditongkrongin di sini, yaitu area indoor, outdoor depan dan outdoor samping. Saya langsung gercep duduk di outdoor samping. Sungguh pilihan yang tepat, karena sambil ngopi kita disajikan pemandangan pohon-pohon pinus dan villa yang cantik. Looooveeee!

coffee belt klub bunga
Indoor | Image taken by Winda Carmelita
coffee belt klub bunga
Outdoor samping | Image taken by Winda Carmelita
coffee belt klub bunga
Outdoor depan | Image taken by Winda Carmelita


Untuk menu-menunya, menu kopi di sini cukup beragam. Menu-menu kopi yang bagi orang awam seperti saya, kedengarannya nggak biasa. Seperti menu Dutch Brew. Hampir sama dengan cold brew, hanya saja proses dutch brewing ini menggunakan air es dan prosesnya antara 3,5 jam - 12 jam. CMIIW ya, kurang paham perkopian, tapi curi dengar saja hehehhe ...

coffee belt klub bunga
Image taken by Winda Carmelita

coffee belt klub bunga
Image taken by Winda Carmelita

Selain dutch brew, ada juga aneka teh. Jadi yang nggak ngopi bisa ngeteh. Spotted, ada menu coconut milk coffee. Sebetulnya penasaran juga sih gimana kalau santan diblend dengan kopi, tapi saya akhirnya memilih latte saja, yaitu Berry Burns Latte. Latte dengan sirup strawberry.

Kiri: dutch brew / Kanan; berry burns latte | Image taken by Winda Carmelita
Karena saya dan Egie memang nggak puasa, kami berdua jadi tergoda pengen makan. Pengen yang pedas-pedas rasanya. Ada beberapa makanan yang bisa dipesan, seperti snack-snack finger food pada umumnya (french fries dan kawan-kawannya) sampai makanan berat seperti sweet tender chicken dan spicy ramen. Kami tuh pengen spicy ramen-nya, tapi sayangnya tadi nggak ada huhuhu ... Mungkin keterbatasan bahan ya? Tapi asli, bikin ngiler kalau lihat foto-foto review di Google. Soon deh, kami akan kembali!

coffee belt klub bunga

Senang sekali ada tempat yang teduh dan sejuk seperti ini walau agak jauh ya kalau dari Malang. Enak banget kalau ke sini pas weekend, siang menuju ke sore. Oh iya, plusnya adalah tempat ini nggak berisik, musik yang dipilih juga nggak mengganggu seperti saat saya makan di Sataychan diputerin lagunya Armada berbagai versi pakai acara jack kabelnya longgar segala .-. Kalau di sini, musiknya macam ambience yang lembut gitu. Tenang.

Cocok banget buat yang ingin melepas penat, pengen cari hawa baru supaya lebih produktif di awal minggu. Mau balik ke sini? Definitely yes! Sepertinya tempat ini bakal jadi tujuan escape baru ;)

Coffee Belt - Klub Bunga
Jl. Kartika No.2, Sisir, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65315
Open daily: from 10 AM to 10 PM
Harga: from Rp 20.000 - Rp 35.000

Looke Cosmetics Holy Lip Series Shade Thalia

$
0
0

Dulu saya adalah pecinta lipstik warna merah gonjreng. Bahkan, dua lipcream pertama yang saya miliki 3 tahun lalu adalah warna merah cabe. Satu dari Lime Crime, satunya dari LT Pro. Sementara itu, lipstik batang yang pernah jadi kecintaan saya adalah Revlon shade Volcanic Red. Ketiga warna merah gonjreng ini bikin wajah saya jadi terlihat lebih cerah, makanya saat itu saya suka warna merah.

Semakin ke sini, saya mencoba berbagai warna lipstik selain merah cabe. Ya fuschia, ya magenta bahkan peach. Karena gonta-ganti warna lipstik itu, akhirnya saya punya lebih banyak experience dalam hal melihat warna yang cocok buat sehari-hari dan segala occasional tanpa perlu ribet gonta-ganti lipstik. Ternyata benar, pilihan warna yang suitable segala suasana itu adalah warna-warna mauve dan atau pink yang kecoklatan.

Salah satu lipcream warna aman yang baru saja saya timang adalah dari brand Looke Cosmetics. Akhir tahun 2017 kemarin, brand Looke Cosmetics ini mengeluarkan series Holy Lip Series, yang terdiri dari empat lip creme dan satu lip polish (lipgloss). Nah, yang saya miliki adalah lipcream shade Thalia.

Setahu saya untuk Holy Lip Series ini ada 4 shades warna, yang sebetulnya warna-warnanya nggak jauh berbeda menurut saya yang agak siwer ini. Semuanya warna-warna hangat. Dan shade Thalia ini yang paling terlihat hint pink-nya.

Secara kemasan, lipcream ini dikemas dalam tube silinder dengan body transparan dan tutup silver. Persis sama kemasan lipcreamnya Wardah deh. Saya sampai kadang ngeliat lipstik-lipstik ini kok kemasannya sama semua, apa memang produksi kemasannya di satu pabrikan gitu ya? Ukurannya cukup besar, kalau dibandingkan sama kemasannya Make Over Matte Lipstick yang pendek dan compact atau Rollover Reaction yang ringkas.

Lipcream ini aplikatornya doe foot, menyudut. Buat orang yang punya cupid bow seperti saya, aplikator yang seperti ini enak banget supaya nggak beleberan. Untuk urusan panjang-pendeknya, saya nggak terlalu masalah sih meski memang agak panjang ya.



Dari segi tekstur, menurut saya lipcream ini terasa sedikit tebal setelah diaplikasikan. Terasa kalau pakai lipstik. Meskipun begitu, nggak perlu waktu lama untuk ngeset setelah diaplikasikan.

Kalau ketahanan sih, nggak dipakai makan selama 6 jam pun masih tetap bisa. Tapi nggak mungkin lah selama 6 jam itu kita nggak makan-minum hehehehe ... Kalau hanya dipakai minum air putih saja, awet kok setelah ngeset. Tapi kalau makan yang minyak-minyak, sudah lah pasti bubar jalan.

Kalau sudah luntur, lipcream ini tipikal lipcream yang brindil-brindil. Jadi harus dihapus benar-benar bersih baru diaplikasikan lagi alias nggak bisa ditimpa. Untuk yang ini, saya kurang suka hehehe .. Soalnya saya kalau touch up suka setengah hati, dan lipcream yang seperti ini terasa lebih merepotkan.

Meskipun begitu, saya cukup suka dengan warnanya. Untuk yang kulitnya cerah dan warna dasar bibirnya pink, shade Thalia ini bikin segar wajah seketika tanpa perlu make up mata yang dramatis. Cocok juga untuk dipakai di siang hari karena warnanya nggak medok berlebihan.

Baca Juga: Purbasari Hi-Matte Lip Cream Shade 02 Azalea 

Dari yang saya baca di websitenya, produk-produk Looke Cosmetics ini bebas paraben, cruelty free, sudah terdaftar di BPOM dan sudah ada sertifikat halalnya.

Bolehlah dicoba nih, buat yang suka lipcream dengan warna-warna aman seperti ini :)


Note: hasil warna akhir lipstick, tergantung warna barelips ya.


Looke Cosmetics
Shade: Thalia (dari seri Holy Lip Series)
Harga: Rp139.000
Berat bersih: 4 ml
Beli di mana: website / instagram Looke Cosmetics

#CahayaCantik Kulit Lebih Sehat dan Cerah Berkat L'oreal White Perfect Clinical

$
0
0

Sejak 2 tahunan terakhir ini, frekuensi saya keluar kantor di siang hari bisa dibilang meningkat. Kalau dulu nyaman-nyaman saja duduk di dalam ruang ber-AC, sekarang banyak undangan yang harus dihadiri atau ketemuan dengan partner yang mengharuskan saya banyak berlaga di jalanan. Maklum kerjaannya editor semi reporter semi partnership semi biker semi pecinta kuliner :p

Demi memangkas waktu dan biaya, naik motor adalah pilihan terbaik buat saya, setidaknya sampai hari ini. Meskipun Malang itu nggak besar, tapi sekarang jadi sering macet. Awalnya sih biasa-biasa saja, tapi lama kelamaan berjemur di atas motor nungguin macet ya terasa juga ya. Apalagi hawanya Malang itu 'kan sejuk, tapi kalau ada panas itu teriknya seperti menusuk-nusuk.

Semua itu diawali dari kulit di sekitar hidung yang mengelopek karena perubahan cuaca yang cukup drastis saya rasakan, plus sering di jalanan. Karena sambil ngaca itulah saya mendapati kok kulit saya kasar, kelihatan lelah dan nggak cling gitu. Hmmm, bisa sih dicover dengan complexion, tapi saya bukan penyuka make up dekoratif jadi jarang banget pakai BB cream, foundation dan bedak.

Kalau lihat kulit kusam gini, sedih juga. Karena saya termasuk telaten pakai skincare. Sepertinya skincare saya yang kemarin-kemarin itu kurang nampol jika dibandingkan kondisi ekstrem dari luar yang menerpa kulit saya.

Sampai akhirnya saya ketemu dengan rangkaian L'oreal Paris White Perfect Clinical.

L'oreal Paris White Perfect Clinical Essence Lotion

Entah kenapa setiap kali melihat produk L'oreal tuh dari dulu saya jatuh cinta karena kesannya produk ini elegan dan dewasa banget. Ternyata memang kok, produk lotion ini seperti tampak luarnya. Mantap banget kemasannya, berupa botol persegi panjang berwarna silver dengan semburat warna biru bervolume 175 ml. Botolnya ini tidak terbuat dari kaca sih, sepertinya dari plastik tebal, tapi tidak tembus cahaya. Mungkin untuk menjaga kualitas produk di dalamnya supaya tetap baik ya, karena memang produk seperti essence, serum, lotion setahu saya sebaiknya dikemas dalam kemasan berwarna gelap yang tidak tembus cahaya.


Sejujurnya, saya baru pertama kali ini pakai lotion dalam ranah skincare. Ketika dituang, eh ternyata cair seperti toner. Saya pikir lotion teksturnya itu seperti gel, tapi ternyata L'oreal White Perfect Essence-Lotion ini bening dan watery sekali. Karena teksturnya yang seperti ini, saya memilih untuk memakainya 1-2 tetes ke telapak tangan kemudian menggosokkannya dan ditap-tap lembut ke wajah. Karena kalau dituang ke kapas, jadinya boros, sayang juga 'kan produknya terbuang begitu saja.



Ternyata hanya 1-2 tetes dengan cara aplikasi tadi, nggak bikin kulit wajah jadi berasa berat. Setelah diaplikasikan, rasanya ada sedikit lengket yang melembabkan, tapi nggak greasy lho. Jadi kalau mau ditimpa langsung dengan L'oreal White Perfect Clinical Day Cream atau L'oreal Paris White Perfect Clinical Overnight Treatment Cream, tetap nyaman.

Essence-Lotion dari L'oreal ini mengandung glycolic acid, vitamin CG dan hepes. Tiga ingredients yang belum pernah saya dengar dan asli bikin penasaran. Ternyata, glycolic acid itu sudah umum digunakan dalam berbagai produk skincare lho. Acid ini bentuk lain dari AHA, yang bisa mengurangi flek hitam, noda bekas jerawat, keriput dan merangsang regenerasi sel-sel baru. Kalau pakai acid ini, kulit kita bisa lebih halus karena sifatnya exfoliating dan memperbaiki tekstur kulit supaya lebih halus.

Kemudian ada vitamin CG, yang dikenal sebagai Ascorbyl Glucoside. Vitamin ini merupakan bentuk sintetis dari vitamin C yang punya kekuatan sebagai proteksi anti oksidan dan anti aging properties, sekaligus mengurangi bekas flek hitam.

Selain kedua bahan di atas, ada bahan yang baru saya dengar yaitu hepes. Ternyata hepes itu singkatan dari Hydroxyethylpiperazine Ethane Sulfonic Acid. Fungsinya untuk menyeimbangkan kondisi pH kulit saat terjadinya reaksi kimia. Umumnya sih hepes dipasangkan dengan glycolic acid.

Jadi, paduan ketiga bahan di atas ini bisa mengembalikan kondisi kulit jadi lebih halus, cerah dan bebas noda hitam. Cocok banget lah, apalagi saya mulai memasuki usia early 20-an, jadi sudah waktunya pakai skincare yang lebih serius. Hehehe.

Selama pemakaian, saya tidak menemukan reaksi janggal pada kulit saya. Tidak ada bruntusan sama sekali. Tapi tentu kondisi ini berbeda-beda pada tiap orang ya. Yang jelas, produk essence-lotion ini wajib hukumnya digunakan bebarengan dengan sunscreen yang memiliki SPF di atas 15. Kenapa? Karena beberapa kandungan dalam essence-lotion ini akan membuat kulitmu jadi photosensitive terhadap sinar matahari, so harus pakai sunscreen ya! Sunscreennya bisa pakai produk andalan kamu, atau pakai aja L'oreal White Perfect Clinical Day Cream yang sudah mengandung SPF 19 PA +++

Harga: Rp 198.000 (175 ml)

L'oreal Paris White Perfect Clinical Day Cream SPF 19 PA+++


Sejalan dengan essence-lotionnya, L'oreal White Perfect Clinical Day Cream ini memang ditujukan untuk pemakaian pagi-siang hari. Makanya sudah ada kandungan SPF 19-nya sebagai tabir surya.

Day cream ini dikemas dalam jar kaca berwarna silver yang lumayan berat. Jadi hati-hati kalau mau dibawa bepergian ya, rawan pecah. Sekali lagi saya suka sama kesan yang ditampilkan sama kemasan ini :)

Kandungan bahan yang digunakan dalam day cream ini lebih condong ke arah untuk mengurangi noda-noda hitam di wajah. Pro-vanish 3 adalah bahan aktif untuk pencerah yang membantu mengurangi produksi melanin pada kulit. Bahan ini berkolaborasi dengan SPF 19 PA+++ yang melindungi dari sinar UVA/UVB supaya tidak muncul noda hitam dan kulit yang menggelap.

Krim ini berwarna pink creamy. Tidak ada rasa lengket setelah diaplikasikan, tapi ngeblendnya harus benar-benar rata, karena cenderung meninggalkan sisa whitecast. Setelah meresap, nggak berminyak kok. Kulit rasanya lebih halus dan cerah.

Harga: Rp120.000 (50 ml)

L'oreal Paris White Perfect Clinical Overnight Treatment


Salah satu kemalasan tingkat tinggi adalah malas pakai night cream. Itu saya duluuuu... Tapi sekarang saya lebih rajin pakai night cream karena setelah baca dari berbagai sumber, regenerasi kulit itu justru terjadinya pas malam hari.

Nah, itu juga yang jadi niatan saya lebih rajin pakai night cream karena menimang night cream L'oreal White Perfect Clinical Overnight Treatment ini. Kemasan night creamnya hampir sama bentuk dan ukurannya dengan day cream di atas, hanya saja jarnya berwarna biru elektrik. 

Meski dalam satu line product yang sama, overnight treatment ini punya kandungan yang berbeda dengan saudara-saudaranya. Selain mengandung Pro-Vanish 3, overnight treatment ini juga dilengkapi dengan vitamin B3 untuk mencerahkan kulit, procystein untuk mengurangi produksi melanin berlebih dan bio-peeling ex untuk menjadikan kulit lebih halus dan cerah. Keempatnya powerful digunakan malam hari untuk boosting regenerasi sel kulit mati.

Overnight treatment ini berupa night cream yang bentuknya semi-gel berwarna putih. Tidak seperti day creamnya yang meninggalkan cast putih, overnight treatment ini transparan saat diaplikasikan.

Karena warna kulit saya nggak merata, saya berharapnya sih klaim di bagian kardus kemasannya benar-benar terwujud: bisa meratakan warna kulit dengan pemakaian teratur :p

Harga: Rp157.000 (50 ml)

Conclusion

Setelah kurang lebih 3 minggu pemakaian, saya memperhatikan bekas jerawat terakhir yang saya miliki itu lumayan memudar walau belum hilang sepenuhnya. Kulit saya jadi lebih segar dan kenyal. FYI, saya jarang pakai bedak sih sehari-hari, jadi perubahan kulit wajah benar-benar saya rasakan. Meski tanpa bedak, wajah nggak kelihatan kumus-kumus. Bukan semakin putih seperti putih yang palsu ya, tapi rangkaian produk L'oreal White Perfect Clinical ini bikin kulit terlihat lebih sehat dan bersih, makanya terlihat lebih cerah. Suka sama produk yang seperti ini deh.

Overall saya merasa puas memakai rangkaian produk ini. Harganya pun cukup terjangkau, sekitar Rp 190.000 - Rp200.000 atau sepaketnya sekitar Rp400ribuan. Cukup digunakan hingga 3-4 bulanan dengan pemakaian pagi-malam secara rutin. Affordable bukan?

Kalau bagi saya sih, setiap orang bisa kok punya kulit yang sehat, asalkan didukung dengan cara membersihkan wajah yang benar, telaten pakai skincare dan memperhatikan asupan gizi yang benar.

Selamat mencoba!

*) Selain memakai rangkaian produk L'oreal White Perfect Clinical ini, saya juga masih menggunakan toner dan overnight mask dari produk lain.
*) Saya mendapatkan produk ini hasil kerjasama dengan L'oreal dan yukcoba.in. Namun segala opini yang tertuang dalam tulisan ini, murni hasil pengalaman dan pemikiran saya sendiri. 

Resep Nasi Ayam Hainan (Edisi Penyempurnaan)

$
0
0

Kalau ngeliat postingan resep ayam hainan yang ini, saya mau ngakak, soalnya fotonya jelek banget hahahaha .. Zaman itu belum punya kamera yang proper. Kemudian masaknya masih gratul-gratul, belum bersahabat baik dengan dapur sih.

Semakin ke sini, semakin tahu caranya menyeimbangkan rasa supaya makanan itu layak disantap. Makanya, saya rework lagi resep nasi ayam hainan edisi penyempurnaan ini. Emangnya cuma EYD yang bisa disempurnakan :))

Sebetulnya tidak banyak yang berubah dari resep sebelumnya, hanya saja yang ini lebih ... ngg, ribet? Hehehehe .. Nggak ding, preparasinya lebih mantap, jadi bumbu ayamnya juga lebih meresap. Baiklah langsung saja kita angkat teflon.

Bahan:
1/2 kg daging ayam, bagian dada atau paha atas (saya lebih suka bagian paha atas, karena ada lemaknya)
2 cangkir beras putih, cuci bersih (pokoknya cukup untuk 2 orang lah)
4 siung bawang merah (cincang)
6 siung bawang putih (2 siungnya digeprek, sisanya dicincang)
1 ruas jahe
4 batang sereh
3 buah cabe rawit, rajang
Daun bawang
Minyak goreng
Kecap asin
Minyak wijen
Merica

Cara membuat ayam hainan:

  1. Cuci bersih daging ayam, rebus dalam air dengan api kecil sampai jadi kaldunya. Kurang lebih 45 menitan. Matikan kompor, sisihkan.
  2. Ambil daging ayam, bumbui dengan kecap asin, minyak wijen dan merica. Simpan di lemari es sekitar 3-4 jam atau semalam.
Cara membuat kuah:


  1. Panasi kaldu, saring lemak-lemak berlebihnya.
  2. Tumis bawang merah, bawang putih, jahe dan 2 batang sereh. Tumis sampai harum. Masukkan ke dalam kaldunya, aduk rata.
  3. Ambil setengah bagian kaldu untuk kuah, setengahnya lagi untuk membuat nasi.
  4. Setengah bagian kaldu, bisa ditambahkan merica, garam, kecap asin dan minyak wijen. Aduk sampai rata dan matang. 
  5. Matikan kompor, sisihkan.
Cara membuat nasi hainan:
  1. Setelah beras dicuci, tuangkan kaldu yang belum berbumbu tadi ke atasnya.
  2. Beri bumbu-bumbuan: 2 batang sereh yang sudah digeprek dan bawang putih geprek. Beri sedikit garam.
  3. Tata ayam yang sudah direbus dan dibumbui tadi di atasnya.
  4. Masak nasi beserta ayam sampai matang. JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL 'COOK' YA :'))
Cara membuat kecap jahe:
  1. Rajang cabe rawit dan haluskan jahe. 
  2. Campur dengan kecap asin dan sedikit minyak wijen.
Penyajian
  1. Angkat ayam dari rice cooker. Ada yang dicemplungkan ke baskom berisi es batu dan air supaya kulit ayamnya tidak lepas, tapi kalau saya simple saja langsung dipotong-potongin.
  2. Tata nasi, ayam, kuah dan kecap jahenya dalam wadah.
  3. Beri topping daun bawang, bawang merah goreng dan telur (opsional)
  4. Selamat menyantap!

Selamat mencoba, lumayan hemat biaya masak sendiri di rumah :)


Culinary List: Gara-Gara Instagram, Jadi Terobsesi Wisata Kuliner di Medan

$
0
0
kwetiau medan
Ilustrasi | Image taken from pxhere.com

Kalau zaman masih kuliah dulu, obsesi liburan itu "pergi ke pantai", "pergi ke gunung", sekarang sepertinya berubah drastis. Tipikal liburan yang ternyata jadi interest saya justru adalah liburan di kota-kota saja, tapi bisa cicipi kuliner legendaris atau sekedar duduk manis memperhatikan sekitar seperti yang saya lakukan beberapa kali belakangan di Bali dan Jogja ini.

Mungkin karena pengaruh social media ya, terutama Instagram dan Youtube, saya itu setiap hari kerjaannya ngelihatin konten makanan. Lalu saya save infonya, kemudian jadi kepikiran hahaha .. Kalau dekat ya saya samperin langsung, kalau jauh ya cuma bisa dipandang lalu dimasukkan wishlist huhuhuhu ..

For your information, jenis kuliner yang bikin saya ngiler itu bukan yang ala-ala restoran fine dining atau yang hits masa kini kayak es kepal Milo. Tapi lebih ke kuliner rumahan atau kuliner yang merakyat. Salah satu kota yang menurut saya kulinernya termasuk "my cup of tea" adalah Medan. Duh kalau Medan ini udah dari dulu pengen saya samperin kayak tiga hari gitu cuma untuk nyicipin makanan-makanannya, apalagi yang berbabi-babi hahahha ~ Beberapa yang pengen saya cobain:

Kwetiau Ateng

A post shared by Medan Foodie | #fattummyid (@fattummy.id) on


Permisiii ~ Itu daging merah-merahnya bikin pengen gigit layar langsung. Kata temen yang pernah makan di sini, isinya kwetiau Ateng ini melimpah akan perdagingan. Mulai cumi, udang, ayam, sapi sampai babi. Terus makannya harus pakai saos merahnya yang legendaris. Ngiler maksimal ~

Babi Panggang Karo (BPK) Tesalonika


Pencipta babi panggang Karo memang seharusnya dapat Nobel ya. Karena sejauh ini yang saya makan nggak pernah ada babi panggang Karo yang gagal rasanya. Itu baru versi Malang-nya lho ya, belum versi BPK dari tanah 'kelahirannya'. Beberapa waktu yang lalu, berbekal kengangguran penuh dan hashtag #medanfood, tenggelamlah saya di discovery Instagram. Kemudian mendarat di postingan BPK Tesalonika ini. Lapisan lemak samcannya itu seolah-olah memanggil-manggil manja :')

Bihun Bebek Kumango



Di samping babi, makanan yang bikin saya ngiler-ngiler seempang itu adalah bebek. Ya mohon maaf memang doyannya yang kolesterol tinggi, tapi pada kenyataannya jarang-jarang makan kalau nggak occasional tertentu aja biar berasa perayaannya. Sepertinya kalau ke Medan harus melipir ke Bihun Bebek Kumango ini. Kayaknya kok nggak pernah nemu foto yang topping bebeknya dikit ya di tempat ini. Selalu luber-luber, melimpah ruah. Kalau ini sih sepertinya ramen-ramen Jepang kalah deh ya :))

Ci Cong Fan



Dulu pernah makan Ci Cong Fan, cicip teman yang memang pintar bikin makanan peranakan gini. Dan enak! Karena rasanya itu kayak kulitnya gurih teksturnya licin, dan isiannya itu lhoooo... Yang saya coba dari teman saya itu isinya ayam jamur. Konon katanya kalau di Medan, yang isiannya daging babi juga ada. Hmmmmmmmmm ~

Setelah beberapa kali ke luar kota sendiri, saya menemukan bahwa sesungguhnya sparks excitement liburan itu justru diawali dari bikin itinerary tempat-tempat (makan) yang mau dikunjungi kayak gini, sampai cari hotel dan tiket pesawatnya. Berhubung kebanyakan tujuan liburan saya itu sederhana, di kota-kota saja, pastinya butuh booking hotel dan akomodasi. Kalau di awal saya bilang sparks excitement merencanakan liburan itu menggebu-gebu, jangan salah ... sebagai orang beda tipis antara pemalas sama easy going, saya tentu menyukai hal-hal yang "Haduh, ini bisa ngga dibikin nggak ribet?"

Terakhir liburan kemarin saya merasa jauh lebih efisien dan tinggal leha-leha karena mencoba paket pesawat hotel Traveloka. Jadi, dulu-dulu kalau mau pergi ke luar kota itu saya ribet sendiri, harus cari tiket pesawat dulu, kemudian baru cari hotelnya. Sebagai makhluk ogah repot kelas atas, saya tentu berbinar-binar karena fitur ini saving time banget dan ada banyak metode pembayarannya. Jadi nggak perlu repotin orang sebelah-sebelah suruh anter ke minimart mau transfer lah, pinjem CC lah.


Part lain yang penting adalah saya sudah merasakan lebih murah lagi, hematnya kalau nggak salah sampai 20 persen meski tanpa kode apapun. DUA PULUH PERSEN, IBU-IBU! Duitnya bisa banget buat jajan-jajan Ci Cong Fan atau ngopi-ngopi serius di Kedai Kopi Apek 'kan ~

Untuk urusan booking pesawat dan hotel, sudah tinggal berserah pada Traveloka aja. Beres, hemat waktu dan hemat duit. Sekarang pertanyaannya, ada yang mau nemenin saya ngabisin makanan kalau ke Medan nggak? Karena kutak mau semangat makanku berbanding lurus dengan meledaknya timbanganku 😂

Mereka Yang Telah Selesai Dengan Dirinya Sendiri

$
0
0


Selamanya manusia tidak akan pernah ada habisnya mengejar ambisi untuk dirinya sendiri. Mulai dari ambisi mendapatkan jabatan tertentu di perusahaan, ambisi menjadi terkenal, ambisi kaya raya ... bahkan ambisi untuk selalu dimengerti orang lain.

Tetapi, pada akhirnya kita semua akan menemukan satu titik balik di mana dengan ikhlas hati kita meletakkan tas besar berisi segala "aku-aku-aku" itu, dan mengisinya dengan "kita". Entah bagaimana pun caranya, perlahan-lahan resleting tas besar itu dengan penuh kesadaran akan kita buka, kita keluarkan satu persatu ego diri sendiri. Secara perlahan, bahkan terkadang tanpa disadari, kita akan berkompromi dengan keadaan tanpa harus mengorbankan perasaan.

Kita tidak merasa terbawa perasaan saat tak ada teman yang bisa menemani mengobrol, tidak berusaha menjadikan diri center of attention, tidak bermanja dan merengek kala sekitar punya hal yang harus mereka selesaikan. Tidak lagi berlarut-larut dalam perasaan tak nyaman yang menenggelamkan. Kita tidak lagi terikat pada tujuan kebendaan atau pun pengakuan. Kita sudah hafal luar kepala apa saja hal-hal yang prinsipil perlu dipertahankan dan dilepaskan. Mampu menjaga diri sendiri dan menyelesaikan masalah kita sendiri tanpa membuat orang terdekat mengkhawatirkan keputusan-keputusan yang kita ambil.

Karena kita tahu, ada realita di depan yang harus dihadapi, ada urusan-urusan yang harus diselesaikan dan drama tidak mampu mengubah keadaan.

Aku sungguh sepakat dengan pendapat bahwa hal pertama yang harus dilihat dalam diri sendiri dan (calon) pasangan kita saat akan membawa hubungan ke jenjang yang lebih serius adalah soal "selesai dengan dirinya sendiri." Karena jika keduanya sama-sama membawa "bagasi", menyatukannya dalam lembaga pernikahan sama saja menyatukan dua masalah besar yang tentunya tidak semakin berkurang, malah bertambah dari hari ke hari.

Jika salah satu atau keduanya masih belum selesai dengan dirinya sendiri, maka hubungan itu akan melelahkan dan menguras perasaan karena pihak-pihak yang selalu ingin dimengerti tanpa berusaha saling mengerti.

Saat seseorang telah membereskan urusan dirinya dan perasaannya, atau telah tahu bagaimana caranya mengendalikan diri. Ego ada, bukan untuk setiap waktu diberi "makan" tanpa kendali. Perasaan yang dipimpinnya, bukan dirinya yang dipimpin oleh perasaannya. Untuk "kita" bukan untuk "aku", saat itulah dia selesai dengan dirinya sendiri.

Originally posted on My Journal: Mereka Yang Telah Selesai dengan Dirinya Sendiri

The Body Shop Banana Truly Nourishing Shampoo

$
0
0
review banana shampoo the body shop

Kalau ngomongin rambut, kondisi rambut saya yang sekarang ini much-much-much better ketimbang beberapa tahun lalu. Saya pernah pada masa punya rambut panjang di bawah dada, tapi ujungnya itu frizz, bercabang dan kemerahan. Padahal rambut asli saya dasar warnanya udah kecoklatan. Lha kalau rusak, makin-makinlah kelihatan. Kondisinya aneh pula, bagian atasnya tebal, bawahnya tipis karena suka rontok.

Hingga pada akhirnya, tahun 2017 kemarin saya memangkas rambut saya sebahu. Sudah kesal dan capek sama rambut rontok menuh-menuhin saringan kamar mandi. Pangkas, hilang. Sampai dua kali. Yang kedua kalinya ini, malah sebelum panjang lewat bahu dikit, sudah saya potong. Lumayan lah, sampai hari ini rambut jadi lebih tebal rasanya, dan lebih sehat pastinya.

Baca Juga: Japanese Camellia Cream The Body Shop

Meski kondisi rambutnya membaik, tapi kulit kepalanya masih suka gatal-gatal. Barangkali saya memang ada nggak cocok sama kandungan detergent di shampoo-shampoo yang dijual di pasaran ya.

Akhirnya saya mencoba beberapa shampoo yang tidak mengandung silikon, sesuai saran mbak-mbak salon langganan saya. Salah satunya adalah The Body Shop Banana Truly Nourishing Shampoo ini.

Yang saya punya ini adalah versi travel sizenya, dikemas dalam botol plastik tutupnya flip top, berukuran 60 ml. Ada versi full sizenya kok, kebetulan ini yang saya punya dapat uncalan undian berhadiah di kantor ehehehe ...

Sebetulnya, saya bukanlah penyuka aroma buah-buahan. Lebih suka aroma bunga ketimbang buah. Beberapa varian The Body Shop yang buah-buahan kurang cocok di hidung karena terlalu nyegrak. Jadi ketika dapat shampoo ini, saya langsung membayangkan aroma pisang yang kayak permen, so artificial.

review banana shampoo the body shop

Kalau dicium dari wadahnya, aroma pisangnya lumayan kuat. Tapi setelah dipakai untuk keramas, ternyata aromanya tidak begitu kentara. Kelar shampoo-an, aromanya hilang begitu saja terbawa air, mungkin juga dosa-dosa saya juga keikut sama aroma pisang ini :)) *wuopo

Baca Juga: Amazonian Saviour Multi-Purpose Balm The Body Shop

Shampoo ini tidak mengeluarkan banyak busa. Sebagai orang yang kalau pakai shampoo nggak banyak busanya kurang mantap, jelaslah awal-awal pakai shampoo ini rasanya pengen nuang banyak-banyak dan ngegosrok kencang-kencang. Padahal teksturnya creamy dan kental, tapi tetap kurang mantap.

Selain itu, selesai keramas dengan shampoo non silikon, rambut agak susah diuraikan dengan jari karena nggak ada efek lembutnya, kusut begitu. Tapi setelah kering sih, jadinya rambut ya halus, aneh ya? :')

Kalau ditanya apakah saya akan kembali ke produk ini, sepertinya untuk saat ini tidak. Karena belum ada hasil signifikan yang saya rasakan, atau mungkin cuma nyoba 60 ml itu kurang? Hehehhe ... Barangkali saya harus mencobanya lengkap sekalian dengan kondisioner atau nourish masknya.


The Body Shop Banana Truly Nourishing Shampoo
Berat bersih: 60 ml
Harga: Rp 49.000
Beli di: https://www.thebodyshop.co.id/

Travelogue: From MLG - CKG - TKG dan Merasakan Sky Train Terminal 3 Soekarno - Hatta

$
0
0
Bandara Raden Inten Bandar Lampung | Image taken by Winda Carmelita
Sebagai makhluk rumahan, tentunya saya bukan anak traveling yang biasa menclok dari kota ke kota. Sempat terucap dari bibir saya ke Mama, "Aku kok pengen ke luar pulau ya, merasakan suasana kotanya pasti beda." Kemudian kata Mama saya, "Ke Banjarmasin lho, sambang dulur-dulurmu." Yaaa.. Memang keluarga Papa 'kan banyak dari Banjarmasin, tapi saya belum pernah ketemu bahkan sambang ke sana.

"Yodah, nanti aja kalau ada rezeki, Ma, tak ke sana .. Atau ke mana pun lah, pokoknya keluar pulau Jawa-Bali-Madura 😂"

Dan 'rezeki' itu datang juga dalam bentuk pekerjaan. Hari Kamis (28/7) sampai Minggu (30/7) kemarin saya bertolak dari Malang menuju Jakarta, dilanjut ke Lampung bersama tim Media Buffet PR untuk liputan grand launching ZAP Clinic cabang Lampung.

Sebetulnya, keberangkatannya lumayan mendadak. Saya dikontak oleh Mas Bima, CEO Media Buffet hari Selasa (26/7) untuk berangkat hari Kamis. Untungnya 'kan hari Rabu (27/7) itu di Malang libur karena Pilkada. Jadi ada waktu lah untuk persiapan (packing, menyelesaikan kerjaan buat event Vemale).

Day 1

Hari Kamis siang saya meluncur ke bandara Abdul Rachman Saleh (MLG) karena flight saya ke Jakarta dulu, jam 13.00. Eh, saya nyoba pakai OVO buat bayar Grab dan dapat promo bayar satu rupiah saja. Beneran satu rupiah lho kepotong saldo OVO-nya 😂Tapi karena driver saya baru di Malang, habis nyasar dan dicancel beberapa kali sama customer sebelumnya, saya nggak tega. Saya ganti uang bensin seadanya deh 😭

Ada delay 30 menit tapi perjalanan lancar sampai di Bandara Soekarno - Hatta (CGK) jam 15.00-an. Pesawat ke Lampung masih jam 18.55. Janjian bertemu tim media lain (Mbak Mia dari Bisnis Indonesia, Mbak Rintani dari Viva News dan Mbak Anggi dari Wolipop Detik) dan Media Buffet (Mas Bima dan Mbak Chiki) jam 17.00. Wah ternyata .. saya nggak perlu nunggu lama karena ... terminal 3 ke terminal 2 lalu ke terminal 1 itu JAUH BANGEEEEETTTTT ... Sebagai khalayak yang udik, saya ngeliat terminal 3 itu terkagum-kagum sendiri, karena kok besar dan jaraknya itu lho jauh, hahaha. Tapi berkat pindah-pindah terminal itu akhirnya saya merasakan juga yang namanya naik skytrain 5 menitan, hehehe.

Sky train dari Terminal 2 ke Terminal 3 | Image taken by Winda Carmelita

Jam 18.55 pesawat meninggalkan Jakarta menuju ke Lampung, yang mana ternyata waktu tempuhnya singkat banget. Roti baso saya aja baru abis, eh pesawatnya sudah sampai Lampung. Di Lampung sudah dijemput oleh sopir yang mengantar kami berlima. Tujuan pertama tentulah makan~

Perhentian pertama kami mengisi perut di Rumah Makan Kayu Wayhalim. Rumah Makan Kayu ini semacam rumah makan keluarga dengan menu-menu seafood. Modelnya pondokan gitu. Kami pesan sekitar 6 menu, seperti udang telur asin, gurami goreng, udang bakar, kangkung seafood hotplate, cumi goreng crispy ... dan semuanya enak-enak! Kalau menurut saya harganya juga nggak mahal, dibandingkan sama Malang ya. Sup ikan patin seporsi isi 3 potong besar, kalau nggak salah Rp 30 ribu-an. Dan menu-menu ini datang dalam porsi besar sampai kami kekenyangan nggak sanggup menghabiskan.


Setelah kenyang makan, kami pun menuju ke Hotel Batiqa Lampung untuk istirahat. Hari pertama, sukses tidur nyenyak dan tepar total karena kaki terasa gempor sekali.

Day 2

Hari kedua ini, saya dan teman-teman media meliput acara pembukaan ZAP Clinic cabang Lampung. Ternyata lokasinya tidak jauh dari hotel. Jadi, kami diajak mencoba photo facial treatment, kemudian berkeliling dan bertemu dengan para staff dan dokter ZAP. Pas pembukaan ZAP Clinic cabang Lampung ini kemarin, diadakan "Audisi Wanita Berjerawat" juga. Tulisannya bisa di baca di Vemale, di sini.

Setelah makan siang dan wawancara lanjutan, saya dan 3 teman media lain kembali ke hotel. Ya maklum Buuuu, 'kan kita kerja, bukan plesir. Jadi balik ke hotel masih ketak-ketik lagi. 

Tapi namanya juga ciwi-ciwi ya, langsung kami ber-Whatsapp-an, "Eh, makan yuk ke Bakso Sony." Kebetulan Mbak Anggi dari Wolipop Detik itu rumahnya di Lampung alias warga lokal, tentu saja dia yang menjadi tour guide kami, hahaha. Setelah beres-beresin kerjaan, jam 17.00-an kami berempat naik Grab ke Bakso Sony.


Semua orang yang tahu saya di Lampung menyarankan saya untuk coba makan di Bakso Sony yang legendaris ini. Terus sebagai warga Malang yang baik, saya pun melakukan studi banding ke sana. Apakah rasanya seenak bakso Malang? Ternyata jawabannya .. enak sih ini. Daging sapi banget, kuahnya nggak eneg. Nggak terasa lah kanjinya, hahaha. Seporsinya cuma Rp 15 ribu, dengan 6 buah bakso plus bihun. Nanti deh lengkapnya saya ceritakan di post terpisah.

Kelar makan, mumpung lagi di luar, kami beli-beli deh oleh-oleh di toko Aneka Rasa. Tahukah Andaaaa, rasanya selama saya traveling toko oleh-oleh termurah dan terenak-enak ya di Aneka Rasa ini. Harga keripik pisang salut khas Lampung itu belasan ribu saja, keripik kulit ikan juga belasan ribu. Dan rasanya enak. Pengen borong semua!

Setelah belanja beberapa oleh-oleh yang nggak banyak, kami berempat dijemput oleh Mas Bima dan Mbak Chiki untuk makan malam ke RM Begadang 2 bareng Mbak Fe dan Mbak Disti dari ZAP Clinic Jakarta. Mbak Fe udah semangat banget katanya RM Begadang ini RM Padang terenak yang pernah dia makan. Dan ternyata benarlah ... Begitu masuk aroma telur yang digoreng tercium kencang menampar kami sampai keroncongan. Tahu 'kan ganasnya aroma telur goreng itu gimana? 😝

Dan untuk pertama kalinya saya mengalami makan di RM Padang yang di Sumatera. Uda-udanya ramah-ramah, segala ada ditanyain dan dibawain. Alhasil lauknya semeja banget, sampai bingung mau ambil yang mana. Kalau lihat lauknya semeja, jadinya blenger juga ya. Akhirnya saya makan gulai tunjang dan nyicipin sate ayam, minumnya es teh tawar. Takut kekenyangan. 

Begitu gulai tunjangnya saya cuil pakai tangan, ya ampun, lembut banget. Kuah santannya juga creamy. Mungkin ini nasi Padang terenak sepanjang hidup saya hahaha ... Satenya juga, gede-gede potongan ayamnya, bumbu kacangnya masih kasar gitu. Kalau kata yang lain, ayam goreng lapis telurnya uenak, tapi saya nggak makan. Ternyata nasi Padang di sini tuh nggak include sama sayur ya. Yaelaaah, Jawa banget, makan nasi Padang pake sayur singkong dan sambal ijo sebajek-bajek. Saya nyari sayur nggak ada. Tapi katanya teman yang jawab IG Stories saya, sayurnya ada, minta aja ke uda-udanya. 

Habis makan kekenyangan di RM Begadang 2, setelah rembugan mau ke mana ke maneh, akhirnya berlabuh ke El's Coffee. El's Coffee ini coffeeshop asli punya orang Lampung dan branch-nya ada banyak lho ternyata. Sampai ke bandara Raden Inten juga ada branch-nya. Nanti lengkapnya saya ceritakan di post selanjutnya, yang jelas saya terkagum-kagum sama baristanya yang atraktif :))

Kelar ngopi, kami kembali ke hotel untuk beristirahat karena besoknya flight kembali ke Jakarta pagi. Perjalanan ke bandara Raden Inten dari hotel cukup jauh, ketimbang telat, mendingan berangkat lebih pagi.

Day 3

Kembali melintasi terminal T3 - T2F kemudian meluncur ke Malang setelah mengalami delay 1 jam.

Welcome back home, sudah kangen kasur!

Perjalanan ke Lampung memang singkat, tapi malah bikin penasaran karena jadi pengen nyobain makanan ini-itu, pengen ke sana-ke situ. Semoga bisa berkunjung lebih lama di Lampung <3 p="">
3>

Menempuh 25 km Dari Kota Malang demi Seporsi Mie Soden Selecta

$
0
0

Salah satu lokasi wisata di area Batu, Malang yang mempunyai daya tarik tersendiri adalah Selecta. Selain terkenal karena merupakan salah satu hotel di Malang, Selecta dikenal dengan wisata alamnya yang sejuk dan bisa melihat kota Malang dari ketinggian. 

Kalau mau ke Selecta, bayarnya cukup murah kok, sekitar Rp. 20.000 saja. Trus ngapain aja di Selecta? Psst, saya kasih bocoran ya, pokoknya kalau ke tempat ini wajib harus bawa pakaian renang dan juga jaket tebal. Karena kita bisa berenang di kolam renang yang airnya super dingin. Tapi sensasinya itu lho, brrr! Sekitar 3-4 tahun yang lalu, Selecta mulai melengkapi wahana wisatanya dengan waterpark mini. Meskipun mini, cukup kok buat seru-seruan di bawah guyuran air dari ember raksasa :D

Sehabis main air, kita bisa menikmati … nah, ini part favorit saya, yaitu taman bunga. Bunga-bunga di sini cantik banget. Kalau kata teman saya sih, ini mirip taman bunga di Belanda. Hamparan bunga yang berjajar sesuai dengan kelompok warna, bikin area ini jadi lokasi foto-foto favorit lho. Saat ke tempat ini, hampir semua orang datang dengan berbekal tongsis! :D

Cuma itu aja? Bosan? Ugh, enggak dong. Masih ada beberapa spot-spot lucu untuk bermain, misalnya jungkat-jungkit dan ayunan. Dari area bermain ini, kita bisa melihat kota Malang dari ketinggian. Cakep banget! Apalagi kalau ke sininya sambil bawa bekal makanan. Komplit deh, kenyang di perut, kenyang di hati hihihi …

Buat saya, part menarik dari Selecta ini nggak cuma udaranya yang masih bersih dan sejuk ataupun taman bunganya. Percaya nggak sih, saya suka ke Selecta demi sepiring mie! Iya, mie instan yang dimasak pakai sayur itu.. Hihihi …

Jadi, dari pintu masuk Selecta, berbelok lah ke kiri. Kamu akan menemukan sebuah warung yang terbuat dari bambu. Warung ini cukup ramai kok, terlihat dari banyaknya motor-motor yang parkir di depannya. Yup, warung Mie Soden ini terkenal berkat mie instan rebusnya yang jawara dunia. Mie Soden Selecta adalah sebuah terms untuk menggambarkan kenikmatan yang absolut!



Teman saya yang memperkenalkan nikmatnya mie instan ini bilang, racikannya beda. Saking penasarannya, kami bela-belain menembus malam dari Malang ke Selecta yang mana jaraknya sekitar 25 kilometer. Satu lagi, menembus hawa yang dingin banget sampai gigi kami bergemeletuk menggigil. Tapi semuanya terobati begitu dua porsi mie rebus dan mie goreng pedas dengan sayur dan telur beserta segelas teh tawar panas disikat habis masuk ke perut.


Kalau saya lihat sih, cara masak mie gorengnya memang sedikit berbeda. Ditambahin sayur, telur, kecap dan merica plus dikasih potongan rawit lalu digoreng lagi di wajan besar. Eh, tapi saya bikin sendiri di rumah kok nggak bisa seenak itu ya? Hahahah .. Faktor udaranya dan suasananya yang pas ‘kali ya. Kalau makan di sini, nggak terasa ngambil-ngambil sate usus, sate telor puyuh ... habis sepuluh huahahhaha

Judulnya hawanya dingin, tapi pake celana pendek ke Selecta malem-malem adalah bukti kami arek Malang sejati :))
Pokoknya kalau kamu ke Selecta dan pulangnya agak maleman, saya rekomendasikan untuk mampir ke warung mie instan ini. Jangan lupa tips sukses makan mie idaman yang bikin ngidam ini adalah : makannya sambil lihat city night view kota Malang! Dijamin akan menghadirkan suasana makan mie instan terbaik yang pernah ada di dunia (versi Winda Carmelita) :p

Mie Soden Selecta
Jl. Raya Selecta, Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur 65336


Ketagihan Ngebakso Pakai Saus Kejunya Bakso Nawak

$
0
0
bakso nawak malang, bakso nawak, rekomendasi bakso di malang, bakso malang enak, saus keju, cara membuat saus keju, keju cheddar, resep bakso goreng, resep bakso goreng udang, bakso rawit, bakso jumbo, bakso jumbo malang, bakso di malang, bakso jumbo di malang, bakso mercon malang, bakso beranak di malang, bakso raksasa malang, bakso super jumbo malang, bakso president kota malang, jawa timur, bakso enak di batu malang, bakso damas kota malang, jawa timur
Bakso Nawak | Image taken by Winda Carmelita

Ola!
Rasanya kok sudah lama banget nggak menulis tempat-tempat makanan di Malang yang layak dikunjungi versi Winda Carmelita ya. Mungkin karena kebanyakan ngidernya di area kantor-rumah aja, atau lebih sering eksperimen di dapur 😂

Jadi beberapa waktu yang lalu saya ke Lampung dan makan Bakso Sony di sana. Di situlah saya merasa kalau lidah ini memang Malang banget karena bagaimanapun bakso yang enak ya bakso Malangan. Kenapa? Soalnya gak ada gorengannya! 😛Iya lho, salah satu yang membedakan bakso Malang dengan bakso kota-kota lain itu ada di gorengannya.

bakso nawak malang, bakso nawak, rekomendasi bakso di malang, bakso malang enak, saus keju, cara membuat saus keju, keju cheddar, resep bakso goreng, resep bakso goreng udang, bakso rawit, bakso jumbo, bakso jumbo malang, bakso di malang, bakso jumbo di malang, bakso mercon malang, bakso beranak di malang, bakso raksasa malang, bakso super jumbo malang, bakso president kota malang, jawa timur, bakso enak di batu malang, bakso damas kota malang, jawa timur
Image taken by Winda Carmelita
Salah satu warung bakso yang saya suka gorengannya itu di Bakso Nawak. Bakso Nawak ini gerainya ada di Jalan Soekarno-Hatta, ex-nya De Duren. Pertama kali makan di Bakso Nawak ini waktu bulan Ramadan 2018, pas mereka pertama kali buka. Dulunya di Bakso Nawak ini menunya tersedia per paket. Tapi ketika saya kembali ke tempat ini kemarin, menunya sudah berubah menjadi prasmanan. Good deal sih, karena kalau prasmanan kita bisa milih kombinasi variannya lebih bebas ketimbang dipaketin begitu 'kan ya.

Varian baksonya banyak | Image taken by Winda Carmelita
Bakso Nawak ini varian baksonya cukup banyak menurut saya. Bakso jumbo adalah bakso ukuran besar dan beberapa berisi isian, ada jumbo keju, jumbo rawit bangjo, super jumbo urat dan super cincang pedas. Sementara kalau bakso jumbo too much, ada varian bakso medhit alias bakso kecil yaitu bakso isi hati, bakso medhit alus, bakso medhit urat. Ada juga tahu bakso dan siomay basah lho.

Kalau untuk baksonya, yang kusuka di sini adalah bakso jumbo keju karena kejunya melted di tengah-tengah dan sebagai orang yang cukup basic hidupnya, tak bisa kulepaskan hidupku dari bakso medhit urat. Pas awal-awal makan di sini, bakso uratnya kurang bertekstur. Tapi kemarin waktu saya makan lagi, bakso uratnya sudah ada tekstur 'krenyes'-nya, uratnya sudah terasa.

Soal kuah, kuah di Bakso Nawak ini sangat terasa kaldu sapinya. Benar-benar kaldu sapi lho. Bisa diintip di sebelah kasir untuk counter kuahnya, lemak-lemaknya masih ngumpul. Nggak pakai MSG udah enaklah kalau tipikal kuah seperti ini.

bakso nawak malang, bakso nawak, rekomendasi bakso di malang, bakso malang enak, saus keju, cara membuat saus keju, keju cheddar, resep bakso goreng, resep bakso goreng udang, bakso rawit, bakso jumbo, bakso jumbo malang, bakso di malang, bakso jumbo di malang, bakso mercon malang, bakso beranak di malang, bakso raksasa malang, bakso super jumbo malang, bakso president kota malang, jawa timur, bakso enak di batu malang, bakso damas kota malang, jawa timur
Variasi bakso goreng dan teman-temannya | Image taken by Winda Carmelita
Dan kemudian, favorit saya adalah gorengannya. Di sini ada beberapa varian: goreng sarang burung, goreng mawar mekrok, goreng gulung dowo dan bakso goreng udang. Kenapa saya bilang favorit? Soalnya kalau kita beli gorengan di sini, bonusnya adalah ... saus keju! Sebagai penggemar keju ini tentunya adalah pemuas hasrat impulsif terbaik. Cobalah bakso goreng udangnya dan cocolan saus kejunya ... Wuoh! Lidah rasanya langsung mouthgasm lah !

A post shared by Bakso Nawak (@baksonawak) on


Bakso goreng udangnya ini macem cayen, alias isinya kopong. Tapi nggak kopong-kopong banget. Terasa udangnya gurih. Bayangkan kalau dipadukan dengan saus keju yang asin gurih, tapi nggak enek. Bukan tipikal saus keju-nya Richeese lho ya, ini yang benar-benar dibuat dari keju cheddar.

bakso nawak malang, bakso nawak, rekomendasi bakso di malang, bakso malang enak, saus keju, cara membuat saus keju, keju cheddar, resep bakso goreng, resep bakso goreng udang, bakso rawit, bakso jumbo, bakso jumbo malang, bakso di malang, bakso jumbo di malang, bakso mercon malang, bakso beranak di malang, bakso raksasa malang, bakso super jumbo malang, bakso president kota malang, jawa timur, bakso enak di batu malang, bakso damas kota malang, jawa timur
That famous saus keju | Image taken by Winda Carmelita
Oh iya, sampai lupa, orang Malang kalau makan bakso itu 'kan sudah kayak ibadah ya. Belum berhenti kalau nggak kenyang. Biar cepet kenyangnya, ada lontongnya juga~

Duh nulis ini kok aku laper ... Nanti sore lewat Bakso Nawak, mampir lagi apa ya 😂

Harga variasi di Bakso Nawak untuk a la carte ini terjangkau kok. Mulai dari Rp2.000 sampai Rp15.000, minumannya juga cukup banyak pilihannya dengan harga mulai Rp4.000 sampai Rp15.000 juga. Layak dicicipi kalau kamu dari luar kota dan bosen makan bakso-bakso di Malang yang overrated itu ehehehe ~

Pssst, sekarang lagi ada promo, makan berempat dapat diskon 20% dengan bawa brosurnya. Hmmm, tak ada alasan tidak ke sana (lagi) 

Bakso Nawak
Jalan Soekarno Hatta 34A no 1, Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65141
Hari dan jam buka: 10.00 - 22.00 setiap hari


Salute to 90's: Cara Pee Wee Gaskins Mengajak Generasi Sandwich Berpesta Mengembalikan Energi

$
0
0
Image taken from kkbox.com

Terkadang kita menemukan hal-hal menarik saat sedang sendirian. Saya sering mengalaminya saat dalam perjalanan ke luar kota, seorang diri. Di kereta api, di pesawat ... Seringkali waktu-waktu sendiri itu membawa saya jadi lebih memperhatikan satu dua hal. Mendengarkan musik yang jarang saya jamah, membaca buku atau majalah dengan topik bahasan yang sama sekali berbeda dengan interest saya selama ini.

Minggu ini, dalam perjalanan tugas ke Jogja, saya berada dalam kereta selama 5 jam sendirian. Sebetulnya saya suka mengobrol dengan orang asing saat bepergian, tapi hari itu saya duduk sendirian sampai stasiun Blitar. Alhasil selama itu saya membaca, Twitteran, Instagraman, mendengarkan Spotify ... Begitu terus berulang-ulang. Kemudian saya ingat, sebelum berangkat saya mendownload beberapa lagu untuk didengarkan offline di Spotify. Kali kemarin, saya banyak mendownload lagu-lagu Indonesia, ketimbang lagu barat 80-90an yang menjadi 'zona nyaman' saya.

Mungkin itulah saat saya 'belajar' mendengarkan dan berkenalan dengan band yang secara tak sadar saya download album barunya ini.

Pee Wee Gaskins, mungkin bagi orang-orang di usia saya adalah band yang tidak asing lagi. Pada masa awal munculnya mereka (2008an), sepertinya banyak remaja seusia saya yang terobsesi menjadi seorang party dork garis keras, sebutan untuk fans PWG. Nama ini identik dengan gaya rambut lempar samping menutupi mata, celana ketat dengan T-shirt gambar grafis yang sablonannya berwarna neon meriah seperti stabilo, lagu-lagu dengan lirik menyayat hati yang dibawakan secara emosional dan ekspresif ... makanya dibilang genre ini sebagai emo music.

Dan pada masa itu, hal itu adalah sebuah standar kekerenan dan kegaulan.

Dan, saya nggak terterpa dengan hype Pee Wee Gaskins.

...

Bukan, bukan sok-sokan anti mainstream, tapi karena di masa SMA itu saya mendengarkan musik yang berbeda (dan sibuk festivalan hahahahha). Mungkin juga ego masa remaja, males dengerin musik yang bukan 'aku' banget. Kurang open minded lah ya, Buibu. Masa itu saya tergila-gila dengan The Adams, banyak mendengarkan Colbie Caillat, Regina Spektor dan sebagainya.

Baca Juga: Kita Semakin Menua, The Adams Tetap Awet Muda

Setelah hampir satu dekade, bahkan saya tidak pernah melirik Pee Wee Gaskins meski videonya muncul di rekomendasi playlist di Youtube saya. Saya malah sedang terkagum-kagum dengan Rocket Rockers yang mengcover lagu Pilihanku by Maliq & D'essentials. Tapi, seperti saat jodoh datang tanpa diduga-duga, tiba-tiba lagu ini terputar otomatis:



Lagu yang sangat tidak asing di telinga, karena sebagai anak yang lahir di tahun 90-an dengan ibu yang suka mendengarkan radio, pastinya Potret jadi kenangan masa kecil. Tapi aransemen yang lebih dinamis ini membuat saya menengok dua kali. Astaga, Pee Wee Gaskins! Seharian saya ulang-ulang lagu itu, dan seperti menempel di telinga. Dibawa rasa penasaran, saya menemukan album ini di Spotify.



Pada saat itu, lagu yang dipublish di Spotify baru dua, yaitu Dan (cover Sheila on 7) dan Salah (cover Potret). Saat ini sudah empat lagu yang muncul, dengan Pop Kinetik (cover Rumahsakit) dan Terbaik Untukmu (cover TIC Band).

Dan



Mengcover lagu legendaris dari band legendaris itu adalah tugas yang berat, menurut saya sebagai orang awam. Karena sangat rentan dibanding-bandingkan. Kalau mulut nyinyir bilang, "Mending bagus, kalo tambah jelek ya bubar aja." Tapi di lagu ini, pendengaran awam saya seperti mudah sekali menerima arransemen baru lagu ini. Nggak meninggalkan roh lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya, tapi juga tidak meninggalkan rohnya Pee Wee Gaskins. Kesannya malah segar karena ada part rap dari Tuan Tigabelas.

Dan di lagu inilah saya mendapatkan snap moment di menit 1:40 - 1:43 yang bikin saya kayak, "Ya ini nih Pee Wee Gaskins!"

Salah



Di menit-menit bait awal sampai chorus pertama, rasanya biasa saja. Tapi di chorus kedua, saya langsung dapat snap moment. Entah kenapa, melodi synthesizer di menit 0:40 sampai dengan 0:45 itu membuat cantik bagian chorus kedua ini. Padahal cuma lima detik, tapi embellish ini bikin saya menjatuhkan pilihan kepada lagu ini sebagai lagu paling favorit di album ini, bahkan saat pertama kali mendengarnya. Gila!

Kangen



Kasusnya, sama seperti lagu Dan-nya Sheila on 7. "Go big or go home," begitu mungkin istilah yang tepat untuk mereka yang mau covering lagu-lagu legendaris. Sayangnya, saya pribadi tidak mendapatkan snap moment di lagu ini. Rasanya saat mendengarkan versi Pee Wee Gaskins di lagu ini, tidak ada kupu-kupu yang berlarian di ulu hati seperti saat mendengarkan Salah. Mungkin karena bagi saya pribadi, lagu ini memang ada di settingan lagu yang emosionalnya tidak bisa dibawa 'keras'. Kangen itu perasaan mengiris yang meratap, susah diungkapkan. Tidak semua lagu yang menunjukkan sebuah kerinduan itu sukses menyampaikan rasa kangen yang sebenar-benarnya di hati.

Terlepas dari perasaan yang sukanya ngelangut kalau mendengar versi aslinya, di lagu ini ambience yang saya suka ada di menit 2:47 sampai dengan 3:25. Ingin rasanya kubilang, "Coba selagu dibuat ambiencenya kayak begini," Tapi kemudian saya sadar, ini Pee Wee Gaskins bukan L'alphalpha :))

Baca Juga: Melawan Gravitasi Bersama L'alphalpha

Pop Kinetik



"Bunuh, bunuhlah aku, kalau kau bisa, silakan saja,"adalah sebuah bait lirik yang biadab sekali dari Rumahsakit. Relationship saya dengan Rumahsakit dimulai dari lagu ini bertahun-tahun yang lalu karena saya menyukai bait biadab itu hahahah ... Ketika melihat lagu ini adalah dalam salah satu track Salute To 90's, langsung excited. Tapi saya harus tahu bahwasanya dalam hidup tidak boleh terlalu berekspektasi tinggi.

Bagi saya, Pee Wee Gaskins cukup oke membawakan lagu ini kembali. Melodi-melodi catchy-nya Rumahsakit pun bisa diproduksi kembali dengan beat yang lebih dinamis. Mungkin yang harus saya lakukan adalah sedikit mengesampingkan fanatisme terhadap kelemesan Andri Lemes saat membawakan lagu ini. Pee Wee Gaskins bisa membawakan lagu ini lebih tatag, tapi tetaplah kelemesan itu yang saya cari #halah.

Tapi lagu ini menurut saya yang paling 'masuk' dengan Pee Wee Gaskins karena Rumahsakit mah sebetulnya Pee Wee Gaskins versi dipercepat speednya 1,5 kali hahahahhaa ...

Terbaik Untukmu



Lagi-lagi, fanatisme diuji di lagu ini. Pasti taulah lagu aslinya yang dibawakan oleh TIC band. Lagu yang dulu pernah dibilang intronya mirip dengan I Love You-nya Saigon Kick. Tapi meski dimirip-miripin oleh sejuta umat, saya tetap suka sama versi asli lagu ini. Tentunya, ketika mendengarkan versi Pee Wee Gaskins feat Agrikulture-nya, saya tidak memirip-miripkan, tapi membandingkan. Memang 'jahat' kok urusan membanding-bandingkan ini, karena sejujurnya saya nggak mendapatkan soul-nya.

Buat saya, soul lagu ini ada di reffrainnya, "Jangan kau pergi dariku, bila waktuku sedikit untukmu ... "Baik lirik maupun melodinya yang dibawakan oleh TIC itu serasa benar-benar memohon untuk supaya tetap di sini, "Please, please, please, I beg you.." Yang saya rasakan ketika mendengarkan versi Pee Wee Gaskins adalah habis dibawa mendaki, tapi malah nggak sampai puncak karena di bagian reffrain, nadanya justru flat. Akibatnya, sudah galau di bait awal sampai chorus, kemudian njeglek di reffrainnya. Tapi pastinya ini pendapat yang sangat subyektif, karena pendapat Mbak Nana justru lebih suka sama versi ini karena katanya, "Galaunya dapet, Nik!"



Terlepas dari pendapat enak-gak enak dan cocok-nggak cocok di atas, sebagai pendengar barunya, Pee Wee Gaskins patut diapresiasi lebih. Album Salute To 90's ini seperti mengajak generasi saya untuk refreshing. Yang dulunya mengenal Pee Wee Gaskins saat masih remaja, dan kini sudah mulai masuk fase merasakan lika-likunya usia dewasa terjebak di tengah-tengah sebagai generasi sandwich. Lima lagu di album ini seolah mentransfer energi lebih setelah lelah bekerja dan layak untuk diputar dengan volume maksimal di kamar, kemudian silakan jejingkrakan sepuasnya.

Sama seperti band-band yang lain yang saya tulis di rubrik After Lunch Music, saya ingin membuktikan bahwa Pee Wee Gaskins memang benar-benar semagis itu, secara live. Tahun ini, mari dibuktikan ;)

NB: Saya sempat bilang ke Mbak Nana, "Dulu pas Pee Wee Gaskins muncul pertama kali, kok aku nggak tertarik mendengarkan ya?" Kemudian kami diskusi tentang ke-tidak tertarik-an itu. Lalu sampailah kami pada kesimpulan, mungkin saat itu kami (saya) memang belum bisa dewasa menerima bahwa tidak tertarik itu artinya "tidak suka karena jelek" padahal juga belum tentu. Semakin dewasa, akhirnya kami mulai mendengarkan berbagai genre musik dan bisa menghargai musik-musik yang bukan "my cup of tea" kemudian secara terbuka menghargai bahwa, "Bukan musik yang biasa kudengar, tapi bukan berarti jelek." Seharusnya ini juga bisa diterapkan ke semua hal dalam hidup hehehe

Experience: Cara Registrasi dan Aktivasi Akun Jenius di Malang

$
0
0

registrasi jenius

Mungkin saya benar-benar mengimani dan mengamini 'ideologi' generasi milenial yang mana salah satunya dikenal sebagai generasi cashless. Saking sungguh-sungguhnya menjadi bagian dari cashless society, saya sering nggak punya duit dua ribuan buat bayar parkir motor 😂 Sayangnya, bayar parkir motor di Malang yang sering berpolemik ini belum bisa di-tap-tap pakai Tcash, e-money, Brizzi, Flash atau macem pembayaran kayak OVO. Ya iyalah yaaa ... wong parkir di Malang ini banyak anunya ... Ah sudahlah 😕

Kembali lagi soal cashless. Setahu saya, cashless di masa kini ini memang lebih menguntungkan. Kalau dari sisi perekonomian, yang saya baca-baca, biaya untuk mencetak uang tunai pun berkurang sampai triliyunan berkat gerakan non-tunai (GNT). Jadi saya baru tahu kalau mencetak selembar uang pun ada biayanya, tergantung dari kompleksitas sistem pengamanannya. Kalau mau lebih jelas, silakan Googling ya, saya nggak punya kapabilitas dan pengetahuan cukup buat menjelaskan hehehe ~

Kalau dari sisi kepraktisan, jelas, cashless itu menguntungkan untuk orang-orang males ribet dan pelupa semacam saya karena tidak perlu khawatir kalau uang jatuh (dih duitnya berapa banyak sih sampai jatuh-jatuh 🙈) atau jadi korban kejahatan karena ya memang nggak ada duit tunainya. Lebih mantap lagi kalau punya m-banking atau install apps fintech di smartphone 'kan. Bisa-bisa tahun 2030 anak-anak kita terkagum-kagum tuh sama yang namanya 'dompet' karena sudah bertahun-tahun dompet tak lagi dipakai untuk nyimpen duit.

Omong-omong soal fintech, sekarang lagi getol-getolnya ya orang Indonesia sama fintech. Di smartphone, saya sendiri baru saja install Jenius. Sebetulnya telat banget sih saya ini punya Jenius, karena campaignnya Jenius sendiri sudah dari tahun lalu kalau nggak salah. Setelah peluncurannya, saya sempat penasaran sih gimana sih pakainya Jenius ini. Lha tapi karena ada surveynya untuk aktivasi dan di Malang nggak ada crew Jeniusnya, saya jadi urung lanjut ke step berikutnya.

Kemudian di suatu siang yang terik dan panas di kepala, mengharuskan saya punya akun Paypal. Sebenernya sudah dari dulu saya mau bikin akun Paypal tapi selalu saya tunda-tunda. Singkat cerita, saya kembali pusing setelah sign up karena harus punya kartu kredit gitu untuk pencairan dana di Paypal. Saya nggak punya kartu kredit, sales-sales CC yang nawarin saya anggurin semua dan akhirnya sekarang nyesel hahahaha ... Sedangkan untuk membuat akun Paypal tanpa punya kartu kredit, cara yang lazim digunakan adalah menggunakan jasa VCC alias virtual credit card.

Tanya sana-sini, bikin VCC pun ada biayanya. Inilah momen di mana saya kumat kikirnya dengan mikir, "Aku bisa pasti nih ngurus sendiri. Selalu ada jalan!" Saya pun nanya-nanya ke Rendy yang selalu dengan caranya sendiri yang judes dan menyebalkan, ternyata mengarahkan saya ke jalan yang benar hahahahha ... Kata Rendy, "Bikin o Jenius ae lho, aku lho nggawe iku gantine CC." (Bikin Jenius aja, aku pakai itu buat gantinya CC).

Langsung saya install lagi tuh apps Jenius yang pernah saya hapus setahun lalu. Saya ikutin step-by-stepnya seperti di instruksi di sini. Sampai pada step terakhir saya mikir ... Ternyata untuk aktivasinya, harus diverifikasi oleh Jenius Crew-nya yang akan mendatangi kita ... itu kalau kita tinggalnya di Jakarta. Nah, kalau yang di luar kota gimana? Ternyata bisa langsung datang ke bank BTPN Sinaya yang ada di kota masing-masing!

Saya agak ragu sih awalnya, jadi saya nanya dulu ke Fanpagesnya Jenius Connect. Eh ternyata memang seperti itu prosesnya. Jadilah setelah melengkapi step terakhir di apps, besoknya saya pergi ke kantor BTPN Sinaya di Jalan Bromo.

Kantor BTPN Sinaya di Jalan Bromo ini gemes banget deh, modelnya nggak kayak bank-bank biasanya. Ambiencenya kayak coffee shop gitu lho. Petugas-petugasnya pun nggak pakai seragam yang formalnya gimanaaa gitu kayak bank-bank pada umumnya. Formal, tapi santai. Sepertinya ini bagian dari brandingnya bank BTPN yang sekarang ya.

Begitu sampai di BTPN Sinaya Jalan Bromo, saya dipersilahkan duduk. Eh, petugasnya dong yang datengin kita, bukan kita yang ngantri di mejanya petugas. Ndilalah kok petugasnya ini temen-temen kuliah saya, Yerike dan Bibi😂Jadinya nggak ngurus-ngurus malah ngobrol. Setelah obrolan ngalor-ngidul semi reunian, saya dimintain KTP kemudian diuruslah itu aktivasinya. Nggak sampai 5 menit, selesai prosesnya. Nggak ada biaya administrasi, ataupun minimal dana untuk buka 'rekening' Jenius ini ya. Nantinya kita akan dapat nomor rekening di bawah pengelolaan bank BTPN

Setelah proses aktivasi itu, e-card yang ada di apps baru bisa digunakan setelah 24 jam. Sementara untuk m-cardnya, akan dikirimkan selambatnya 2 minggu ke alamat rumah kita. FYI, ada dua macam kartu Jenius yang akan kita miliki setelah sign up, yaitu e-card dan m-card. E-card itu kartu virtual di apps. E-card inilah yang bisa difungsikan seperti CC, karena ada kode CVV-nya untuk diinput ke form-form yang diperlukan. Sedangkan m-card itu kartu fisik yang difungsikan seperti kartu debit. Ohiya, providernya Jenius ini adalah VISA ya.

Sepengalaman saya, untuk aktivasi Jenius ini sama sekali nggak ribet. Bahkan sebelum 24 jam, e-card saya sudah aktif dan saya bisa melanjutkan sign up Paypal yang tertunda itu. Sementara untuk m-cardnya dikirim ke rumah sekitar 1 mingguan.

Sampai post ini ditulis, fungsi Jenius yang sudah saya manfaatkan memang baru untuk keperluan 'ambil kode' CVV untuk membuat akun Paypal. Belum eksplor lebih jauh. Tapi sepertinya sangat menarik untuk difungsikan maksimal, seperti transfer antar bank tanpa biaya administrasi, mengatur pos keuangan bahkan untuk merencanakan tabungan buat mewujudkan mimpi ... *tsah.

Kalau kalian di Malang dan mau buka akun Jenius, silakan dilengkapi dulu registrasinya di apps kemudian aktivasinya di sini:



Selamat menjadi bagian dari cashless society ... Ingatlah pesan saya soal ke-less-lessan berikut ini 😂


Life Before 30: Cerita Sederhana Tentang Membeli Sepotong Celana Yang Terasa Tak Sama Lagi

$
0
0
Image taken from pexels.com
Sampai ke titik ini, saya merasa banyak hal yang berubah dari diri saya. Saya masih ingat banget, umur 21 tahun saya bertanya ke teman saya,
"Gimana rasanya jadi umur 25 tahun, Mas?"
"Fisik masih sama, tapi yang berubah ya pola pikir kita." 
Umur 21 tahun, saya masih jumawa. Jawaban teman saya itu saya amini di chat Whatsapp, tapi saya 'cibir' dalam hati, "Ya itu kamu aja 'kali, Mas, aku sih kalau nanti usia 25 tahun ya tetap dong begini ... (insert segala cita-cita membumbung tinggi nan idealis)"

Waktu itu, saya menganggap semua hal punya patokan IDEAL yang tidak bisa diganggu gugat, seideal "Harusnya 'kan begini ..", "Harusnya 'kan begitu ..." Di usia itu saya sibuk menghasilkan apa-apa yang saat itu saya pikir, akan bisa berjalan sesuai dengan rencana saya ke depannya. Saya mengisi usia-usia early twenty dengan semangat tinggi berkarya, menghasilkan uang sendiri untuk jajan, berteman dengan banyak orang, patah hati ... dan betapa saya merasa banyak hal yang harus dan ingin saya kritisi. Sebutlah fase-fase hidup itu sebagai fase "angry woman" atau fase "I'm not a girl, not yet a woman." Matangnya masih setengah-setengah.

Empat tahun berselang dari pertanyaan itu, ternyata banyak hal yang terjadi. Bukan sekedar 'terjadi', tapi benar-benar menampar telak. Ketika saya menginjak usia 25 tahun itu, saya merasakan sendiri begitu banyak hal yang berubah dari bagaimana saya memandang hidup, diri sendiri dan orang-orang di sekitar saya.

Sesederhana cerita ini:



Sejak beberapa bulan lalu, saya menyadari bahwa banyak pakaian-pakaian yang sudah tidak muat dan tidak lagi saya sukai modelnya. Saya mencoba untuk menyortirnya sedikit demi sedikit hingga menyisakan baju-baju yang saya pakai teratur dan sekiranya saya butuhkan di occassion tertentu. Saya pernah menulisnya di blog ini tentang kegiatan sortir-menyortir itu.

Setelah disortir, ternyata saya hanya menyisakan sedikit bawahan yang masih saya simpan. Salah satunya adalah celana yang setelah saya amati, lha kok sudah berlubang. Ya memang modelnya ripped jeans, tapi rippednya kelewatan aliasn beneran sobek.

Saya pun mengingat-ingat, oh iya, saya masih punya voucher belanja yang cukup untuk dibelikan celana. Long short story, saya pun berangkat ke store dengan berbekal voucher tersebut. Di store saya melihat ada banyak banget pilihannya, dari celana pendek wanita terbaru sampai yang modelnya sobek-sobek total kayak celana saya yang lama. Saya ambil satu celana yang harganya cukup lumayan, meski ditebus dengan voucher tetap harus menambah sekian ratus ribu.

Sambil berkeliling saya, lihat-lihat lagi. Kemudian saya ingat, Mama saya itu sudah lama nggak punya celana yang nyaman. Saya lihat tag harganya, nggak sampai separuh harga dari celana yang akan saya miliki. Rasanya saya jadi kalut sendiri. Kalau beli celanaku sendiri dan celana Mama, kayaknya boros banget. Kalau beli hanya celanaku sendiri, Mama nggak punya celana lagi yang bisa dipakai buat bepergian. Setelah menimbang-nimbang, saya taruh celana pilihan saya itu dan ambil dua celana yang sama persis, dengan harga yang lebih murah. Satu untuk saya, satu untuk Mama.

Mungkin dulunya jika dihadapkan dengan masalah sederhana ini, saya akan langsung aja ngacir ke kasir dan bayar celana untuk saya sendiri. Tapi setelah banyak hal yang terjadi di hidup saya 4 tahunan ini, saya merasa kalau saya bahagia sendiri, itu sama saja hampa.
---
Cerita saya ini mungkin remeh dan terdengar klise nan konformis. Tapi itu yang benar-benar saya alami dan pikirkan. Hal lebih besar, tentu masih banyak lagi. Soal keputusan tetap tinggal di suatu kondisi meski ada kondisi lain yang terlihat cemerlang di depan, itu juga hal yang sudah saya makan beberapa kali. Kecewa, pasti. Tapi ada hal-hal yang tidak bisa ditukar dengan jabatan dan uang, dan saya tidak mau menyesal nantinya.

Padahal hanya cerita soal sepotong celana saja ya, tapi bisa sepanjang dan seserius ini? Hehehe .. Iya, karena setiap hari kita belajar soal kehidupan 'kan :)

Membangun Kebiasaan Menulis, Bagaimana Caranya?

$
0
0
winda carmelita
Photo captured by @prialangga | Attire by @batik_blimbing | Concept by @christabelannora | Stylish: @titisavitri

Saya masih ingat, waktu itu saya duduk di kelas 5 SD. Kelas saya berada di lantai 2, di pojokan. Setiap kelas punya 1 papan pengumuman dengan kaca geser. Kelas saya istimewa, karena punya 2 papan pengumuman. Yang satunya dipakai untuk menempel jadwal dan pengumuman-pengumuman lainnya. Sementara yang satunya, kosong.

Di masa itu, saya rutin beli majalah Bobo. Dari majalah itu saya suka banget baca-baca artikelnya dan cerpen-cerpennya (oh iya, saya dulu koleksi kumcernya sampai banyak banget). Entah dapat ilham dari mana, saya bilang ke guru saya namanya Bu Utik kalau saya mau tempel tulisan di papan pengumuman kosong itu. Eh, sama Bu Utik diperbolehkan! Semangat banget, saya pulang ke rumah, ambil kertas HVS dan beli kertas karton warna-warni. Tulisan-tulisan yang menurut saya bagus dari majalah Bobo itu, saya tulis ulang dan kasih hiasan dengan spidol dan stiker-stiker. Besoknya, saya kasih tunjuk ke Bu Utik dan ditempel lah hasil karya itu ... Yaampun senengnya luar biasa, sampai membekas di hati hingga segede ini lho :') Kemudian yang saya lakukan itu diikuti teman-teman sekelas. Saya pun mulai berani nulis puisi di situ hehehe .. Kemudian saya tahu itu namanya Mading alias majalah dinding.

Dari situlah saya mulai menulis dengan rajin. Ikutan lomba cerpen anak, masuk SMP ikutan ekskul Jurnalistik (walaupun akhirnya harus menyerah dengan kesibukan festival band), SMA saya terus menulis hingga masuk kelas Bahasa dan punya blog pertama kalinya tahun 2006/2007an. Kuliah, beberapa kali karya dimuat jadi antologi dan di Femina. Tapi sayangnya, sampai hari ini belum punya buku sendiri dengan nama saya tunggal tersemat di sampulnya.

Setapak demi setapak, hal yang saya lakukan secara konsisten sejak sangat belia dan akhirnya menjadi karir saya sekarang ini adalah menulis. Jika ditanya lebih memilih mana menulis atau bermain musik, tentu saya lebih mantap menjawab "menulis" karena alasan konsistensi itu. Dari konsistensi itulah saya yang dulunya menganggap menulis hanya sebagai penyaluran hobi, pengungkapkan perasaan, sekarang bisa jadi mata pencaharian utama. Walau saya menulis tidak independen sepenuhnya, melainkan ikut grup media online besar di Indonesia. 

Suatu hari, saya ditanya oleh seseorang yang datang di kelas sharing yang saya isi. "Saya pengen bisa menulis, tapi saya nggak tahu mulainya dari mana. Mungkin saya nggak punya bakat." Pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan beberapa teman-teman saya yang zaman skripsian mati-matian meneror saya untuk ngajarin mereka menulis karena stuck. Alasannya sama, "Aku nggak bakat menulis."

Entah, saya selalu menangkis pernyataan itu dengan jawaban yang sama, "Nulis itu nggak perlu bakat, itu cuma karena kebiasaan." Makanya saya sangat yakin setiap orang bisa menulis. Hanya saja tidak membangun kebiasaan itu. Beda dengan menyanyi menurut saya, yang tiap orang punya bawaan timbre suara yang berbeda-beda. Tapi menulis itu sama halnya bertutur, tapi yang diwujudkan lewat rangkaian kata yang dituliskan. Begitu ... 

Membangun kebiasaan menulis, caranya bagaimana?

Ada dua hal yang biasanya dinyatakan dan ditanyakan ke saya dan puluhan orang dengan profesi yang sama dengan saya, "Ajarin nulis dong!" dan "Ajarin ngeblog dong!"

Kalau ajarin ngeblog, saya bisa. Gimana mulainya? Ya tentunya kamu harus punya e-mail dulu, kemudian putuskan mau ngeblog lewat platform apa, kalau mau pakai Wordpress, baca panduan lengkap di link ini. Setelah set up blog, kalau mau domainnya dibuat top level domain, ya tinggal beli saja domainnya, misalnya beli di Hostinger. Kalau bingung, banyak tutorial di internet yang bisa dicari kok, karena membuat blog itu sekarang sudah begitu umum. Nanti kalau sudah hands-on nyobain ngisi blog pasti akan banyak penasaran dan banyak coba-coba sendiri.

Kalau ajarin menulis, ini yang menurut saya tricky. Mau diajarin menulis seperti apa, apakah soal kaidah jurnalistiknya? Kalau ini, saya sendiri masih sangat belajar dan terus belajar apalagi sekarang media sudah 3.0 yang pastinya akan berubah terus zamannya. Tapi biasanya pernyataan minta diajarin menulis itu bukan minta diajarin menulis dari sisi jurnalistik, tapi lebih ke arah membangun kebiasaan menulis.

Dan ya, ini nggak ada pakemnya. Kembali lagi, soal membangun kebiasaan itu sangat personal. Tapi kalau boleh berbagi pengalaman, ini cara saya selama bertahun-tahun membangun kebiasaan menulis yang menurut saya efektif. Sekali lagi, ini sangat personal dan ini versi saya:

Menulis daily journal

Kebiasaan ini saya mulai sejak kelas 5 SD. Menulis daily journal yang sangat sederhana, isinya kegiatan seharian ngapain aja, ketemu siapa saja. Beranjak SMP, saya menulis perasaan-perasaan saya, maklum ABG hahahaha ... Kebiasaan itu terus berlanjut sampai SMA. Buku jurnal saya dulu tebal banget, setahun nggak habis walau diisi setiap hari. Sehari bisa nulis sampai berlembar-lembar kalau pas lagi cerewet.

Menulis gratitude journal

Ini beda dengan daily journal, karena lebih pendek. Biasanya hanya 4-5 baris saja, tapi naratif bercerita soal rasa syukur hari itu. Saya masih develop kebiasaan ini sampai hari ini, biasanya saya tulis di Evernote di malam hari sebelum tidur. Ini harusnya paling mudah dilakukan untuk pemula sih, karena singkat dan dirasakan sehari-hari. Tenang, nulis jurnal itu nggak ada yang menilai salah-benarnya kok, jadi just let it flow :D

Catat .. catat .. catat

Sejak SMA sampai sekarang, saya selalu bawa buku notes kecil. Dulu saya suka tulis puisi di situ. Sekarang juga masih suka menulis di buku notes, tapi lebih ke ide-ide untuk pekerjaan atau to-do list harian. Media menulis yang lebih curhat-able dan puisi-able saya pindahkan ke digital, biar nggak gampang kebaca orang lain dan juga lebih mudah kalau mau dipindahkan ke blog.

Kenapa harus dicatat? Karena ingatan manusia itu terbatas, harus segera dicatat keburu kabur kebawa lihat baliho di jalan raya hahahah ...

Latihan free writing

Latihan menulis kesukaan saya adalah free writing. Tulis aja semua yang ada di otak dan di hati, mau typo pun nggak masalah. Saat sudah selesai, barulah dibaca dari awal, dibetulkan typo dan kata-kata yang janggal. Free writing ini menyenangkan, karena sangat membantu melatih kita untuk mengungkapkan perasaan lewat tulisan tanpa takut salah. Toh kalau pun salah, paling hanya ejaannya. Kalau dilakukan setiap hari, akan terbiasa menyusun kalimat-kalimat yang enak dibaca, seperti bertutur. 

Belajar menulis di social media

Kadang saya heran sama orang yang minta diajarin menulis, tapi sebetulnya dia kalau menulis di social media sudah bisa panjang lebar hehehe ... Sebetulnya sama saja, cuma beda medianya. Lha itu di status bisa sampai berparagraf-paragraf kok. Kalau merasa masih 'kurang', baiklah, belajar menulis dengan menempatkan kalimat yang efektif, tanda baca, penggunaan huruf kapital yang benar. Kalau lulus sampai SD, semestinya hal ini bukan hal yang susah dilakukan ya.

'Dipaksa'

Yang saya baca (dan mungkin saya sendiri lakukan tapi nggak saya sadari), membangun sebuah kebiasaan baru itu butuh waktu 66 hari dilakukan secara intens. Enam puluh enam hari menurut saya adalah waktu yang nggak sebentar. Tapi kalau kita berhasil 'memaksa' diri menjalankannya, alam bawah sadar pasti akan otomatis dan menganggapnya jadi lebih mudah. *kemudian saya mau nyoba metode ini buat jogging pagi yang masih sering bolong-bolong huhuhuhu ...

Saya memulai menulis dengan tanpa ekspektasi apapun. Saya menulis untuk menuangkan apa yang saya rasakan. Kalau sampai hari ini saya bisa mendapatkan penghasilan dari menulis, itu bonusnya. Tapi lebih dari itu, saya jadi mencintai menulis karena bagian dari self-healing, bagian dari cara membuat diri saya sendiri tetap waras. Sebuah obat yang membuat saya kecanduan, tapi tidak merugikan tubuh.

Satu hal yang selalu saya ingat soal kebiasaan menulis adalah jika saya mulai merasa jenuh, itu artinya saya bosan dengan tema tulisannya. Bukan bosan dengan kegiatannya. Lalu, saya akan tetap membuka lembaran yang baru, dan menulis hal lain untuk mengobati kebosanan itu.

Keep writing, because writing is sharing and sharing is caring~ Keep spread the good vibes!

Jelajah Kotagede #1: Legitnya Kipo dan Segarnya Jamu Warisan Keluarga di Pasar Legi Kotagede

$
0
0
Walking tour Kotagede bersama Jogja Good Guide | Image taken by Winda Carmelita

Jarum jam menunjukkan ke angka 08.30 ketika Gojek yang mengantarkan saya, sampai di pelataran pasar. Pasar Legi Kotagede. Pasar yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, pun wilayah yang sangat asing buat saya.

"Mas, saya sudah di Pasar Kotagede ya," saya mengirimkan pesan itu melalui Whatsapp kepada Mas Rangga. Hari Sabtu minggu yang lalu, saya sudah bertekad bulat menghabiskan satu hari tersisa saya di Jogja untuk napak tilas Kotagede bersama Jogja Good Guide. Suatu hal spontan yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya.

Tak lama kemudian, balasan pun datang. Mas Rangga adalah pemandu dari Jogja Good Guide yang akan menemani berkeliling hari ini. Sembari menunggu peserta walking tour lainnya, saya pun berkenalan dengan beberapa peserta lainnya. Ternyata saya nggak sendiri, ada juga peserta lain yang benar-benar jalan sendiri seperti saya hahahah ... Namanya Mbak Hani dari Bojonegoro. Kemudian ada juga Mbak Pinka bersama suami dan anak perempuannya, dari Palembang.

Peserta walking tour pun sudah komplit sekitar jam 09.00. Menariknya, peserta hari itu cukup banyak, sekitar 15 orang dari berbagai negara. Anak-anak pun juga ikut. Rute perjalanan pun dijelaskan oleh Mas Rangga, bahwa rute Kotagede hari ini dimulai dari Pasar Gede dan akan berakhir sekitar 500 m dari pasar. Rute akan dijelajahi selama kurang lebih 4 jam.

kipo pasar kotagede
Kipo | Image taken by Winda Carmelita

Perjalanan pun dimulai dengan menyantap KIPO. Saya nggak pernah tahu sebelumnya bahwa di Jogja ada makanan bernama kipo. Bungkusan berwarna hijau diangsurkan oleh Mas Rangga dan ketika saya buka, "Lho kayak klepon." Jadi, kipo adalah camilan dari tepung beras yang diberi pewarna hija dengan isian gula merah kemudian dipanggang/digoreng. Bedanya sama klepon, isian gula merahnya tidak lumer, tapi masih berbutir-butir dan tidak ada kelapa parut yang ditaburkan di atasnya. Rasanya legit, manis. Enak kok.

Konon nama kipo itu berasal dari "iKI oPO?" Hahahaha ... Sederhana tapi kreatif ya, ketimbang bingung cari nama dong. 
Setelah makan kipo, kami diajak masuk ke Pasar Legi Kotagede. Pasar Legi Kotagede, atau biasa disebut Pasar Kotagede ini adalah pasar tertua di Jogja lho. Sudah ada sejak abad ke-16, di masa kerajaan Mataram Islam dan masih terus beroperasi hingga saat ini. Bukan hanya sebagai tempat transaksi jual-beli saja, tapi Sargede ini juga jadi cagar budaya. Nggak heran kalau ketika menginjakkan kaki di sini, nuansa kearifan budaya Jawa dan kesederhanaanya masih sangat kental.

Jajanan tradisional di sepanjang lorong | Image taken by Winda Carmelita
Pasar Legi Kotagede ini padat sekali, dengan lorong-lorong yang tidak terlalu besar. Penjual telur asin, ikan bandeng dan jajanan-jajanan tradisional memenuhi jalan. Meskipun begitu, pasar Kotagede terbilang rapi dan bersih lho. Di bagian dalam pasar, saya tidak melihat adanya becekan maupun aroma yang menggangu. Padat, tapi teratur.

Jajanan pasar | Image taken by Winda Carmelita

Kami diajak berhenti di penjual jajan pasar, mencicipi getuk. Beda sama di Malang ya, jajan pasar di Malang 'kan isinya cenil, lupis, bledhus/gronthol, putu ... Kalau di pasar ini, ada getuknya, ketan, dll. Ini nih yang bikin saya senang blusukan ke pasar-pasar tradisional karena tiap pasar pasti punya ciri khas panganannya sendiri, yang meskipun namanya sama pasti citarasanya beda.

pasar legi kotagede
Jamu asli dan segar, diracik di depan pembeli | Image taken by Winda Carmelita
Perjalanan dilanjutkan menuju ke lapak penjual jamu. Penjual jamu di pasar Kotagede ini bukan penjual jamu yang tiba-tiba muncul, melainkan mereka adalah orang-orang yang secara turun-temurun secara kekeluargaan meracik jamu dan berjualan di sini. Bahkan sejak pasar Kotagede pertama kali dibangun, di zaman pemerintahan Panembahan Pasopati abad ke-16. Kebayang ya, bagaimana kearifan lokal ini diwariskan sejak beratus-ratus tahun silam.

Jamu yang dijual di sini, diracik langsung di depan pembelinya. Saya membeli jamu kunir asem. Mangkuk dari bathok kelapa pun diangsurkan. Lucu rasanya minum dari mangkuk bathok kelapa karena biasanya 'kan minum dari cangkir ya. Saya biasa banget minum jamu sejak kecil, jadi lidah sudah terbiasa. Tapi jamu yang sebelum-sebelumnya saya cicipi itu beda dengan yang ini. Di sini jamunya lebih kental, nggak terlalu banyak campuran airnya, jadi rasanya sangat asli. Setelah jamu kunir asem saya habiskan, ibu penjualnya kembali menangsurkan semagkuk jamu beras kencur. "Supaya nggak terlalu pahit Mbak," kata ibu penjualnya.

Kemudian saya jadi mikir, kalau generasi selanjutnya dari ibu-ibu penjual jamu ini tidak berminat melanjutkan jualan jamu seperti pendahulunya, siapa yang akan melanjutkan ya? :')


tingwe
Tingwe | Image taken by Winda Carmelita
Di samping penjual jamu, ada seorang ibu yang menjual tingwe. Tahu tingwe? Rokok/cerutu yang dilinting sendiri alias linting dhewe. Di Malang, saya nggak pernah lihat ada penjual rokok tingwe seperti ini. Kalau pun ada yang jual tingwe, tidak dijual di pasar. Ada banyak varian tembakau yang bisa dipilih, dari yang dijualnya per ons atau pun sudah per paket. Pengen nyoba sebenarnya, tapi karena waktu yang padat jadi tidak sempat.

Selembar uang lima ribuan saya berikan dan perjalanan pun kami lanjutkan. Masih ada banyak destinasi yang harus dijelajahi, yang membuat saya nggumun luar biasa karena menemukan rumah dengan tiga pintu dan terkesima akan teduhnya Perkampungan Alun-Alun.

Bersambung di postingan selanjutnya ...

Meringkas Bawaan Traveling Jadi Lebih Praktis Berkat Ovale Micellar Cleansing Water

$
0
0

ovale micellar water
Ovale Micellar Cleansing Water | Image taken by Winda Carmelita
Selama tiga bulan terakhir ini, saya bongkar-muat isi ransel terus. Beberapa acara mengharuskan saya traveling dadakan. Sebagai orang yang malas ribet, tentunya ransel jadi andalan karena saya paling malas bawa koper geret gitu. Selain tangan jadi nggak bebas karena harus menenteng koper, pakai ransel itu lebih compact dan fleksibel. Tinggal cangklong, langsung lari deh ~

Selama bertahun-tahun, saya berusaha meringkas barang bawaan saya supaya bisa muat hanya dengan satu tas ransel dan satu tas utama untuk keperluan yang mudah dicari. Biasanya saya toh perginya cuma 2-3 hari saja, jadi nggak perlu bawa barang banyak-banyak. Memang sih tergantung occasion-nya apa, tapi formulasi pakaian saya biasanya nggak jauh-jauh dari ini:

  • 1 celana jeans, dipakai saat berangkat, pulang dan aktivitas sehari-hari
  • 1 dress kaos, yang bahannya ringan dan sporty
  • 1 celana pendek buat jalan dan sekalian buat tidur (jorok ya, hahahhaha, gakpapa demi...)
  • 3 atasan, bisa ketiganya kaos atau mix dengan kemeja. Salah satu kaos terakhir biasanya dipakai sekalian buat pulang (makin jorok, Wind, huahauhauhua)
  • 3 pasang pakaian dalam
  • 1 jaket buat dipakai sehari-hari
Untuk handuk, biasanya kalau nginep di hotel, pakai handuk hotel saja. Sepatu juga biasanya saya pakai keds/slip on untuk segala acara, jadi jarang bawa sepatu tambahan. 

Sudah itu saja. Cukup light ya, bawaannya? Oh, jangan salah ... Printilan saya yang ribet justru di bagian buat dandan dan skincare. Jadinya usaha meringkas isi ransel sebetulnya sia-sia saja sih, karena makeup pouch dan toiletriesnya masih berat juga.

Sejak dulu saya selalu khawatir kalau-kalau ada kebutuhan toiletries yang ketinggalan di rumah. Padahal kalau mau dipikir praktis, 'kan ada banyak minimarket, tinggal beli aja to. Tapi sekian perjalanan ini membuat saya belajar gimana caranya meringkas printilan makeup, skincare dan toiletries jadi lebih sedikit, tapi nggak mengurangi nilai fungsinya.

So, saya mau bagi-bagi tipsnya:

Make Up

Untuk make up, saya sekarang hanya bawa yang basic saja. Toh biasanya kebutuhan make upnya natural saja. Yang biasanya saya bawa: BB cream, eyeliner, maskara, pensil alis, lipstik. Kalau perlu eyeshadow, bawa yang pallete 2 warna saja. BB cream ini di kulit saya sudah cukup menahan minyak, jadi nggak perlu dibedakin lagi. Lipstik bawa dua warna, yang keduanya bisa difungsikan selain buat mewarnai bibir juga buat blush on. Sungguh lifehack yang bermanfaat untuk nusa-bangsa ya :))

Toiletries

Urusan sabun mandi, saya nggak idealis harus pakai sabun yang gimana-gimana. Zaman sekarang, hotel atau dorm sudah menyediakan sabun cair, shampoo bahkan kondisioner. Kalau sabun mandi, pakai yang sudah disediakan saja. Kalau shampoo, biasanya saya bawa yang travel size. Kondisioner, yah mengalah sedikit lah, fungsinya digantikan dengan vitamin rambut yang bentuknya kapsul. Yang jelas harus bawa sendiri itu sikat gigi beserta odolnya. Body lotion di depot ke wadah travel size. Kelar deh.

Skin Care

Untuk skincare, ini tricky banget karena di rumah saya biasanya ribet banget. Pagi ribet, malam ribet. Tapi kalau traveling, harus menurunkan keidealismean dulu lah. Biasanya yang saya bawa dan wajib adalah tiga hal ini: pelembab, sunscreen dan micellar water. Pelembab dan sunscreen adalah benda wajib buat daily. Sementara kalau malam hari, pakai pelembab yang sama dengan pagi hari saja, nggak perlu bawa night cream, toh cuma untuk 1-2 malam aja. 

Sementara itu, belajar dari pengalaman, ternyata micellar water adalah item yang bener-bener bermanfaat. Kemarin saya traveling dan butuh make up yang sedikit niat, jadi pakai maskara yang waterproof. Ternyata susah banget dihapusnya, walau sudah cuci wajah pakai facial wash. Malah sisa beleberan di mata seperti panda. Harus dibersihkan dengan pembersih yang lebih 'niat'.

Jarang-jarang tuh saya bawa micellar water, tapi sebelum berangkat saya mampir ke minimarket dan beli Ovale Micellar Cleansing Water. Kebetulan micellar water yang lama sudah habis dan Ovale Micellar Water ini keikut sama tas isinya jajanan hehehe .. Ternyata ya, Ovale Micellar Cleansing Water ini penyelamat! Saya nggak berekspektasi bakal bisa menghapus sisa maskara, BB cream dan eyeliner yang agak bold. Ternyata dua kali swipe aja, sudah bisa angkat eyeliner dan lipstik matte. Kalau maskara, harus ditekan dan didiamkan 5 detik-an, baru di-swipe. Kayaknya kalau untuk make up mata yang cukup tebal, caranya harus seperti ini biar bisa maksimal bersihnya.

(Atas-bawah) Eyeliner, lipstick matte, maskara waterproof | Image taken by Winda Carmelita

Sisa make up yang terangkat | Image taken by Winda Carmelita

Yang saya suka dari Ovale Micellar Cleansing Water ini adalah nggak ada rasa licin sama sekali setelah diusap ke wajah. Benar-benar konsistensinya menyerupai air lho. Setelahnya saya nggak cuci wajah lagi karena ... agak malas ke kamar mandi. 'Kan saya nginepnya di dorm gitu, sebangsal isinya cuma saya. Agak horor mau ke kamar mandi sendiri 😂 (ternyata alasannya sederhana hahahahhahaa) Sungguh keberadaan Ovale Micellar Cleansing Water ini sangat membantu lah karena praktis banget 'kan!

Oh iya, Ovale Micellar Cleansing Water ini punya dua varian, yaitu pink (brightening) dan hijau (brightening untuk kulit berjerawat). Yang saya miliki adalah yang pink, yang 200 ml. Eh kemarin waktu saya jalan ke minimarket lagi, saya baru tahu kalau ada yang kemasan 100 ml. Lebih kecil, lebih praktis, cocok buat bepergian karena nggak makan banyak ruang. Sepertinya saya bakal beli yang kemasan 100 ml deh buat di pouch travelling.

Dengan cara-cara di atas, sekarang beban tas ransel saat saat traveling jauh berkurang drastis. Memang, menyederhanakan sesuatu itu tantangannya nggak mudah. Saya belajarnya dari hal-hal kecil seperti meringkas isi ransel seperti ini.

Apa kamu punya pengalaman atau lifehack lain untuk meringkas kebutuhan traveling jadi lebih simpel? Boleh dong saya dibisikin :D

Ovale Micellar Cleansing Water
Varian: Pink (Brightening) dan Hijau (Brightening for acne skin)
Ukuran: 100 ml dan 200 ml
Harga: Rp21.000 (100 ml) dan Rp33.000 (200 ml)
Beli di: toko kosmetik, drugstore, minimarket dan supermarket terdekat di kotamu
Viewing all 436 articles
Browse latest View live